Tampilkan postingan dengan label Life's Roll. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Life's Roll. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Agustus 2013

Ferita


Jika katanya hidup ini adalah sebuah roda, maka mungkin saya sedang tersangkut ditengah-tengah porosnya saat ini.
Tidak naik, tidak turun.
Hanya berputar di tempat yang disitu-situ saja.
Dipusingkan oleh hal yang begitu-begitu saja.
Kuatir karena orang yang itu-itu saja.
Stuck. Kata orang jawa.

Rasanya seperti ingin sembunyi di dalam lemari,
Dan keluar ketika permasalahan sudah selesai.
Lalu kemudian saya di cap sebagai orang yang kurang dewasa.
Lari dari masalah.

Saya cuma ingin merasa bebas. Tidak lagi ingin terikat.
Karena disini udara hampir habis. Sesak.
Karena jika saya tetap tinggal, saya tau saya akan mati.
Lalu saya dibilang tidak bertanggung jawab.
Karena perasaan bukan mainan.
Yang dimainkan jika suka. Yang ditinggal bila bosan.
Tercampak di sudut ruangan.
Kemudian menjadi penghuni tetap gudang.
 

Katanya dadu sudah di lempar.
Angkanya sudah keluar.
Maka bidaknya harus saya jalankan. Meskipun saya tidak suka.
Karena dulu saya yang meminta bergabung.
Lalu kenapa sekarang saya berkabung? tanyaku.
Ah ya, karena saya harus tetap tinggal. Meskipun mati.
Kalian puas?
Ya.

Sejak kapan saya tidak mempunyai pilihan?
Tersesat dalam dunia yang bahkan tidak saya kenal.
Terikat dengan rantai komitment dan janji yang dulu saya belitkan sendiri karena obsesi.
Sekarang kau menyesal? tanyamu.
Tidak.
Hanya tidak bahagia.
Apakah bahkan itu lebih parah?
Tidak ada rasa.
Tidak menyesal.
Tidak juga bahagia.

Jadi bagaimana kita harus menjalaninya.
Karena dulu kita yang memulai.
Meskipun sekarang saya yang ingin pergi.
Kau memilih tetap tinggal?
Lalu apakah saya harus ikut tinggal?
Seperti orang mati yang tanpa rasa.
Tinggal hanya karena sebuah logika.
Tinggal hanya karena kau yang minta.


Kau sakit?
Aku sakit.
Hampir mati disini.
Bisakah kita tinggalkan saja?
Bolehkan?

 









Untuk sebuah kata maaf yang mungkin sangat terlambat,


Rabu, 24 April 2013

For The Sake of The Old Time




Seorang sahabat, dari pulau seberang sana mengirimkan saya sebuah hadiah ulang tahun. Ulang tahun ke 24 saya yang dengan tidak sopannya di daulat maju beberapa hari dari tanggal seharusnya oleh dia.
Yes you. Yang mengaku sedang hidup berselibat hanya karena belum dapet gacoan baru. Ciiihh.

Bungkusan saya robek, didalamnya terdapat dua buah kotak berwarna biru muda. Diatas sebuah bingkisan terdapat sebuah catatan kecil darinya "for the sake of the old time ya tha :)". Begitu bunyinya. Membuat saya tersenyum, dan kemudian berpikir.

Old time, sounds a way too long.
Berapa lama kita saling mengenal? Lima? Tujuh tahunkah?
Kurangi setahun ketika kita tiba-tiba terlalu sibuk dengan hidup kita masing-masing, dan tiba-tiba saja roda mulai berputar.
Satu persatu mereka mulai pergi, dan tinggallah kita, dan mungkin segelintir orang. Yang masih ingin tinggal untuk sekedar bertanya kabar.

Bagaimana seseorang bisa berubah begitu cepat?
Bagaimana rasa sayang bisa menguap menjadi kepulan asap, hanya karena perubahan bentuk, rasa dan rupa?
Dan bagaimana cinta bisa terlupa hanya karena perbedaan haluan?

Malam ini, saya menuliskan kalimat-kalimat ini untuk seorang sahabat. Yang untuknya saya memutuskan masih ingin tetap tinggal. For the sake, of the old times :)


 Love,


Selasa, 07 Februari 2012

My Unlimited God

Ngga terasa satu tahun lagi udah lewat, sekarang sudah memasuki tahun yang baru... apa yang ngga baik di tahun lalu, harusnya bisa diperbaiki di tahun yang baru ini. Pasti begitu pemikiran dan harapan tiap-tiap orang.
Tapi saat ini saya ngga mau membicarakan tentang harapan-harapan maupun resolusi yang bermeter-meter panjangnya. Nah kalo saya ngga bisa membuat harapan yang muluk-muluk, soalnya saya bukan tipe orang disiplin yang bisa mentaati segala peraturan yang ada (hehe..ada aja alasannya). Jadi daripada memikirkan apa yang akan saya lakukan dan saya harapkan, saya ingin membicarakan apa yang saya dapatkan saja.
…………………………………………………………………………………………………………….....................................
Tahun 2007 kemarin adalah tahun yang penuh dengan kejutan. Senang, susah, tawa dan tangis bener-bener tak terduga deh. Satu yang pasti penghujung tahun ini saya tutup bener-bener dengan ucapan syukur.
Tanggal 26 Desember 2007 kemarin, kami dari youth mengadakan mission trip ke daerah sintang dan sekadau. Perjalanan cukup panjang, memakan waktu sekitar 10 jam untuk sampai ke sana. Begitu banyak kegiatan yang dijalani hingga kami pulang ke pontianak tanggal 28 malam.
Mungkin karena sudah kelelahan, salah seorang teman yang bertugas menyetir sedikit “kepeleset” dan akhirnya mobil kami nabrak tebing. Duh, inilah salah satu hal yang membuat kami begitu bersyukur. Bersyukur karena lepas beberapa meter lagi, tebing ini udah hancur dan ini berarti kalo kami meleset beberapa meter, bakalan terjun bebas ke jurang di bawah.
Satu hal lagi, kami semua ngga apa-apa. Lecet sedikit pun ngga.
Tapi begitu sampai di Pontianak, baru kami sadari satu hal. Mobilnya. Mobilnya sangat apa-apa, kaca depannya hancur dan retak, bodynya penyok dan catnya terkelupas di salah satu sisinya, dan lagi bempernya udah ngga jelas. Bergantungan ala kadarnya saja.
Haduh..haduh..kami bingung sekali, setelah di rundingkan dengan pemiliknya, kami diminta menanggung biaya kerugian sebesar 3 juta rupiah. Hiyaa..dapet dari mana Bapa??
Akhirnya dengan segala kebingungan dan keputusasaan kami, kami berdoa bersama-sama. Minta Tuhan tunjukin kami jalan, Gimana biar bias dapetin uang 3 juta dalam 3 hari?
Tapi Tuhan memang punya rencana, Dia ngga hanya memberi kami jalan, tapi langsung memberi kami uangnya..What a big God.
Malam tahun baru kemarin, seseorang menasehati saya untuk ngga mengikuti mission trip lagi. Saya tau dia berkata karena perhatiannya nd I thank him for this reason. Tapi, satu hal yang saya pelajari akhir tahun ini, jangan pernah membatasi Tuhan, dan kita akan melihat betapa kuasanya bekerja.
Nah buat teman-teman selamat Tahun baru ya, i wish semua yang kalian harapkan dapat terkabul tahun ini. Tapi satu hal musti diinget, jangan sampai semua harapan kita sampai membatasi pekerjaan Tuhan. Karena Tuhan, kasihNya tak terbatas.




Kamis, 23 Juni 2011

Day 4 - Kepada Si Preman Pasar



Saya sudah lupa, kapan terakhir kali kami jalan keluar berdua, sekedar hang out atau makan pizza paket delight yang murah meriah di senin malam yang melelahkan.
Saya sudah lupa, kapan terakhir kali dia mendengarkan saya bercerita, kapan ketika tiba-tiba pikiran saya menolak mempercayainya untuk menyimpan rahasia-rahasia saya, begitu juga sebaliknya dengan dia.
Saya sudah lupa, kapan terakhir kali kami mengkhawatirkan hal yang sama, kapan terakhir kali kami menertawakan dan menangisi hal yang sama.
Satu hal yang saya ingat darinya, adalah bahwa dia pernah mengajarkan kepada saya bahwa saya tidak bisa menyimpan orang yang saya sayangi dekat dengan saya selamanya. Bahwa suatu hari mereka akan pergi, menjalani jalan mereka masing-masing. Tapi, saya tidak pernah berpikir salah satu dari mereka adalah dia.
Karena saya merindukan caranya mengajarkan saya menjadi pribadi yang tegar, sebab baginya hidup itu keras. Dan saya merindukan cara dia memarahi saya ketika saya gagal, karena dulu saya cengeng.
Karena saya merindukan malam-malam ketika dia harus menjemput saya pulang kuliah, dengan kaos oblongnya yang kebesaran dan mp3 saya yang dipalaknya secara paksa.
Karena saya merindukan gayanya ketika mengejek saya “tuan putri” ketika saya berumur tujuh belas hanya karena saya senang memakai rok dan baju berenda, meskipun dulu saya menganggapnya sangat menyebalkan.
Karena saya merindukan ekspresinya ketika dia bimbang dan caranya bertanya “menurut kamu....”
Karena saya merindukan preman pasar kesayangan saya.
Karena saya merindukan Nie. Bukan mamanya June. Bukan juga istrinya Frets Mamondole.
Karena saya merindukan Nie. Cece kesayangan saya.
Itu saja.
Jadi, jangan berjalan sendiri. Kita jalani saja sama-sama, seperti dulu. Bisa kan?


Saya,

Kamis, 21 April 2011

Well Done.



Sudah berapa lama saya tidak disini? Kamu masih disitu? Duduk disudut berdebu, bertanya-tanya mengapa saya tak pernah lagi datang?
Ah, ya... mungkin kamu sudah pergi, tak apa. Saya akan tetap bercerita. Setidaknya saya punya sedikit alasan untuk dibagikan kepadamu.

Saya sibuk. Sibuk mengejar mimpi.
Minggu lalu, akhirnya skripsi saya selesai. Iya, skripsi yang saya kerjakan senin kami itu, selesai akhirnya. Aneh rasanya ketika saya baru benar-benar berniat mengerjakannya setelah satu tahun sejak saya ajukan. Ck.ck.ck...
Dosen penguji saya waktu itu, dosen batak tergalak yang dimiliki universitas kami. Ketua MM tertua yang kalo ngomong pedasnya amit-amit.
Singkat kata, sidangnya selesai, dan nilainya A. Bisa kamu bayangkan betapa girangnya saya waktu itu?
Jadi...mimpinya selesai satu.
Masih berapa banyak mimpi yang saya punya. Setelah saya hitung-hitung ada sangat banyak, dan menjadi sarjana, hanyalah sebuah sampul depan sebelum saya sampai kepada daftar isinya.

Baiklah, disini saja, saya harus kembali bekerja. Have a great long weekend guys.
Oh..and, happy easter, be blessed :)


PS : karena udah lama ngga nulis, jadi kehilangan ide, jadi pengen ikut 30 days of writing-nya Denny. Boleh kan ya Torus?
oh dan ya..hampir saja lupa, merah muda kau dapet salam dari Tuan Kodok. Say hi Josh ;)



Love,

Rabu, 19 Januari 2011

Skripsitus


Disini cuaca sedang panas, dan saya seperti biasa sedang duduk didepan komputer saya yang membosankan. Sibuk mengejar tumpukan file-file bermap gemuk agar bisa sedikit langsing sebelum jam 6 sore nanti ditemani segelas lemon tea dingin hasil rajahan dari tetangga sebelah sana.

Kamu apa kabar? Lama tak mendengar kabarmu disitu.
Maaf saya sedang sibuk dengan urusan saya sendiri. Saya mengetik dengan terburu-buru, makan dengan cepat, dan hampir tidak memiliki waktu untuk mengurusi masalah hati.
Saya harus menyelesaikan skripsi saya tahun ini. Itu resolusi saya.
Nanti saya akan segera kembali, secepat saya bisa. Ok?




Liebe,

Sabtu, 01 Januari 2011

Hari ini 1 Januari 2011, selewat menit yang ke enam puluh dua...



Hari ini, 1 Januari 2011, selewat menit yang ke enam puluh dua. Dan saya terjebak diantara lautan manusia berpolah tingkah, beragam macam, dari yang menghentak-hentak dengan lincah sampai yang berpakaian bling-bling cling, semuanya tumpah ruah didepan mata. Belum lagi kepulan asap tebal yang menjadi atmosfir permanen, membungkus lingkaran yang dibangun dengan hentakan irama up beat dan lampu sorot warna warni.
Tegukan yang kedua belas. Yap, saya masih setia menghitung setiap teguk cairan coklat bening yang lewat di tenggorokan, membujuk diri sendiri dengan berpikir bahwa sedikit bergoyang mengikuti irama lagu bukanlah dosa.
Beberapa dari mereka mencoba menawarkan minuman berpendar cantik warna biru muda, yang rasanya seperti campuran cairan pasta gigi dengan bubuk merica sedikit berlebihan yang membakar tenggorokan. Tetapi saya masih setia dengan gelas coca cola kebesaran saya disini, dan melihat sekeliling dengan bosan.

Hari ini, 1 Januari 2011 selewat menit yang ke enam puluh dua. Dan saya merasakan ironi yang terlewat besar dengan pikiran dan kesimpulan dimana saya berada sekarang.
Ketika terompet-terompet ditiupkan, musik menghentak gila-gilaan, dan bulan yang semakin tinggi. Saya berlari naik, mendapatkan kubikel yang sudah sangat saya kenal, menghidupkan komputer dan disinilah saya sekarang.

Hari ini, 1 januari 2011 selewat menit yang ke enam puluh dua, dan saya tidak berani mengawali tahun dengan berbohong bahwa saya adalah orang kudus binti religius yang setiap hari berdoa. Tidak, sungguh saya tidak. Tapi saya sangat merindukan bernyanyi di altar sebuah gereja, pulang kehujanan dan menunggu mama saya membakar sosis tahun baru dengan tidak sabaran.
Saya merindukan duduk disamping dia didepan televisi, menonton film komedi romantis dengan handphone di non aktifkan dan secangkir milo panas.
Tapi lagi-lagi realita bersiul keras menyadarkan bahwa saya hanya terjebak disini, diantara hentakan musik yang diam-diam saya kutuki dalam hati, dengan pembicaraan lima belas menit dengan dia yang jauh diseberang kota.

Hari ini 1 januari 2011, selewat menit yang ke enam puluh dua, saya ingin mencatatkan beberapa hal sebelum saya lupa,
bahwa saya telah melewati januari yang ke 22 selama saya hidup, sehat, dan puji Tuhan [selalu merasa] "cakep-cakep saja tuh"
bahwa saya memiliki pekerjaan yang baik, dengan penghasilan yang cukup untuk segala kebutuhan kami
bahwa saya memiliki keluarga yang lengkap dan terpelihara dengan baik,
bahwa peach berbeda dengan orange meskipun rasa permen fruitella menggambarkan mereka serupa, 
bahwa saya tidak akan lagi memakai high heels dua belas senti dalam masquerade party enam jam tanpa menyediakan tempat duduk,
bahwa saya memiliki si tuan muda yang pengertian dan setia,
bahwa saya dapat berkata hari ini "saya adalah orang yang paling berbahagia"
bahwa ketika hidup tiba-tiba berbalik dan dunia terasa tidak layak untuk ditinggali, saya masih mengenalNya untuk dijadikan pegangan,
Dan untuk semua itu, sebelum saya menutup tulisan ini, saya ingin mengatakan betapa hari ini saya berterima kasih kepada Nya, bahwa saya selalu diberkati. Dan untuk sebuah keyakinan yang tak pernah lepas di penghujung doa saya yang senin-kamis : "ku tenang, sebab Kau Allahku...."




Dear All,
Merry christmas (even tough it's too late) and happy new year :)

Kamis, 18 November 2010

Mood Swing and Bad Hair Day



Jam 21.50, dan saya diam duduk ditemani bunyi pip pip pip ngga jelas dari meteran listrik dirumah yang bermasalah, sekarat karena berhari-hari ngga diisiin pulsanya. Hari yang buruk, cuaca yang buruk, dan mood yang juga buruk, dan saya juga tidak tau apa yang ingin saya tuliskan disini.
Pagi ini, saya bangun telat dengan pikiran penuh dikepala. Berlari setengah terbang ke kamar mandi, dan jatuh dengan sukses diambang pintu karena tergelincir busa sabun sisa cucian mamah saya. Telat, jerawatan yang disebabkan PMS yang datang terlalu cepat bulan ini, dan rambut saya yang dikucir asal menghasilkan gaya konde setengah jadi, kelaperan dan hujan yang turun ga pake kompromi kayak ingus.


Kerja setelah hari libur selalu membuat saya telat dengan penampilan meriah. Meriah karena pas tiba dikantor pasti rambut saya udah kayak kuda liar lepas, bedak ngga rata dan berkali-kali keselo karena berlari mengejar lift dengan sepatu berhak lima senti. Dan hari ini, saya sukses tiba dikantor setelah telat dua puluh menit dengan sapaan pertama yang saya terima adalah : "ya ampun!! itu rambut kamu kenapa???!".

Pulang kerumah juga ngga lebih baik. Saya pulang kermah jam 8 malem, kucluk-kucluk mandi karena takut keburu ujan *yah ga ada hubungannya juga sih ya, wong saya mandinya bukan di sungai kapuas*,
makan sambil sebelah telinga dengerin lagunya Avril Lavigne yang apa sih itu judulnya? Yah pokoknya yang jaman baheula tea *taulah lagu saya jarang ada yang update*, sebelah telinga ngedengerin percakapan nelangsa kamila dengan mertuanya *iya! saya nonton sinetron, lalu kenapa?? KENAPA???*
Online sebentar buat ngecek keberadaan si tuan muda yang akhir-akhir ini rada hyperaktif kayak ABG labil yang jam pulangnya pasti diatas jam 11 malem.
Kemudian saya lanjutkan dengan browsing sana sini, baca blog dan twitter dengan hati ngga tenang karena si mamah selalu muncul didepan pintu kamar saya selang lima belas menit sekali sambil nanya : "ngerjain skripsi yah???"
Yah, seperti yang bisa kalian tebak, tiap kali saya ngebuka laptop ini, pasti ada sedikit rasa bersalah ngeliat folder skripsi saya yang nyempil di pojokan, males mau di utak atik.

Sekarang, jam 22.41 mata saya udah ngantuk berat, males mau nungguin si tuan muda pulang, dan siap-siap mau tidur. Akhir kata, kesempurnaan hanyalah milik Allah, ketidaksempurnaan milik manusia saya bunda Dorce, pamit undur diri dari hadapan pemirsa.



Salam Merdeka,

 

Minggu, 26 September 2010

Earphones In, Volume Up, Ignore the World !





Hello there...i'm back! i'm back!
Rasanya udah dari jaman batu sejak terakhir gw nulisin sesuatu disini. Dan ketika gw mulai mengetikkan huruf pertama disini, gw baru menyadari, damn! gw benci banget ama yang namanya audit-auditan. Kebayang ngga sih malem minggu kita kerja ampe jam delapan malem. Dan hari ini, minggu 27 September 2010, gw harus balik lagi ke kantor buat ngurusin berkas-berkas ngga penting ini. Shit.

Gw mulai berasa tua, mulai berasa ngga se-gaol dulu lageh karena masa muda gw yang gilang gemilang ini hilang tertumpuk kertas-kertas kerja (merasa kan boleh ya). Gw ngga tau kalo ternyata Jakarta udah mau tenggelam, ngga tau kalo ternyata ada tayangan IMB di trans TV dan ngga tau kalo ternyata Raffi Ahmad belum putus ama Yuni Shara (emang penting gituh?)
Dan parahnya lagi, kamar gw udah hancur minah, hasil ngga pernah dibereskan selama berminggu-minggu karena gw cuma numpang tidur doank. Ampe anaknya si Nie bakalan nangis kejer kalo digendong masuk ke kamar gw. Menurut hematnya si Nie, emang wajar kalo anak bayi ngga mau masuk ke kamar gw soalnya kamar gw udah kayak bekas sisa perang saudara di Beirut, penuh hawa ke-sengsaraan.

Oh ngomong-ngomong soal si Nie, banyak temen-temen yang nanyain kabarnya. For your information my dear friend, si Nie baik-baik aja, badannya ngga sekonyong-koyong menggendut akibat hamil anaknya yang berbadan kecil tapi seberat anak gajah. masih cungkring-cungkring ngga penting aja gitu dia.
Foto anaknya bakalan gw upload kalo gw udah dapet waktu buat ngaso-ngaso di cafe hotspot, soalnya di kantor yang segede gambreng ini, ngga ada satu flashdisc pun yang bisa berfungsi dengan baik kalo di colokin ke komputer (what the F). Si Nie sekarang masih kerja, di salah satu bank disini. Dan semenjak saat itu, dia berubah menjadi spesies mengerikan yang suka nawar-nawarin orang buat bikin kartu kredit dan nge-deposit di banknya demi mengejar bonus tahunan seiprit dengan dandanan berlebih (ckckckck what a life).

Dan kalo soal kerjaan?....
Hmmm gw kurang bisa mengartikan perasaan gw ketika gw kerja disini. Bisa dibilang seneng, karena kata emak gw, gw sering nyanyi-nyanyi sendiri begitu gw pulang kerja. Kemungkinan besar juga iya karena di kantor gw hilir mudik sering nangkep penampakan cowo cakep gaya oke yang kerja di front officce *ketawa setan*.
Tapi dibilang ngga terlalu happy juga iya, karena gw selalu pulang kerja malem-malem dan curhat ngga tentu arah sama si tuan muda yang hanya merespon dengan jawaban irit mendekati pelit : "e..hmm?!".
Belakangan gw juga beli dua jilid buku "my stupid boss" demi mengurangi keluh kesah gw dan belajar bersyukur karena bukan gw aja yang merasa menjadi pekerja paling sengsara sejagad.

Tapi diantara berbagai hal yang ngebuat gw mengelus dada belakangan ini, adek bungsu gw-lah yang layak menerima piala kemenangan "the trouble maker" versi The Pontianak Post.
Belakangan gw baru tau ternyata pada kelas ke tujuhnya, dia udah pacaran dengan dua cowo dan putus dalam kurun waktu beberapa hari, pulang sekolah jam delapan malem dengan alasan ikut ekskul paskibraka tapi ketangkep jalan di mall (makan es krim sambil cekikikan) dengan temen-temen cewenya yang sama-sama berponi rata ala dora dan berkalung manik-manik plastik warna warni. Dan permintaan terakhirnya yang hampir membuat gw terjungkal dari meja makan pagi ini adalah minta dibelikan bra beneran karena ngga mau lagi pake miniset, yang gw amini dengan syarat asal dia jangan keseringan muter lagunya Justin Bieber kalo gw lagi dirumah (jeritan "baby..baby..baby uuuhhh"nya bikin sakit telinga).

Yaah demikian breaking news dari gw sementara. Gw lanjutin lagi kapan-kapan (kemungkinan besar gw baru bisa ngeblog lagi di awal bulan). Bye guys.



Regards,



Senin, 26 Juli 2010

Life Has Been Great =)


Ya, saya baik. Terima kasih sudah menanyakannya.
Begitu saja, saya tidak bisa mengatakan sesuatu yang terlalu dramatis. I'm not a drama queen. At least seperti kata Nie kakak saya ; not yet.
Banyak teman-teman yang mengirimkan pesan singkat, bertanya apa kabar kerjaan baru saya, apakah sulit beradaptasi, dan pertanyaan yang paling hebat apakah kantor baru saya memiliki seorang high quality jomblo yang bisa saya comblangkan. (Gosh :D) dan apapun pertanyaannya, saya hanya ingin bilang terima kasih buat perhatiannya.

Ya saya baik. Hanya turun satu kilo sejak minggu lalu.
Dan sejak saat itu, si mamah memaksa saya untuk sarapan setiap paginya. Sepiring nasi hangat disamping gelas susu setiap paginya. I am blessed =)

Ya saya baik. Hanya sedikit feeling blue karena sedang PMS dan kebetulan hari hujan, dan tiba-tiba handphone saya berbunyi dan Nie mengirimkan saya foto keponakan saya yang terbaru, bibirnya merah jambu berbentuk O dan berpipi tembem.

Ya saya baik. Sangat baik. Terima kasih sudah bertanya.




Senin, 12 Juli 2010

Resign dan [teteup] Spanyol!


Apa kabar dunia?

Lama ga ngeblog, rasanya ngebuat otak gw  sekonyong-konyong jadi nge-blank mau nulisin apaan. Mau nulisin cuaca, kog kayaknya basi. Mau nulisin piala dunia, loh ya gw ngga nonton. Mau nulis yang agak mellow, rasanya ga cocok dengan hati gw lagi gebyar-gebyar asik gimanaaah gituh...

Anyway, gw bakalan resign. Dari kantor dimana sekarang gw kerja. Sebenernya udah hampir sebulan ini gw ngurus perihal resign gw, dan baru sekarang gw sempet dan rela dan ikhlas dan ridho dan bisa dan punya waktu cukup *pembaca siap-siap penyokin kertas bekas buat dilempar* buat nulisin perihal ke-resign-an gw disini. 
Gw kerja disini cukup lama, kurang lebih tiga setengah taonan. Cukup betah dan sangat comfort dengan suasana kerjanya, karena disini perusahaan kecil dengan karyawan ndak lebih dari lima orang, jadinya kalo kemana mana pasti "eh, muke elu lagi elu lagi" yang lama kelamaan ngebuat kita jadi akrab dan minim persaingan. 

Jadi waktu gw denger perusahaan A yang notabene perusahaan gede buka lowongan nyari karyawan, gw dengan lenggang kangkung kuda lumping sembari nari jaipong naruh lamaran disana, pikir gw waktu sek karepmu dhewe, diterima yo wis Puji Tuhan, ga diterima ya sudah, ndak rugi ini. Dan tak disangka tak di nyana, akirnya gw diterima di perusahaan itu. Gw ngurus resign dan kemudian resmilah gw keluar bulan ini. 

Waktu gw ngurus resign selama sebulan ini banyak hal yang buat gw resah dan gelisah *Obbie Messakh mode on*, secara dari atasan gw sendiri disini, minta gw ga usah resign, ditambah lagi ngomong A dan B yang berbuntut C dan D. Belum lagi omongan dari beberapa teman yang bukannya nyemangatin gw, malah bilang kalo gw ga bakalan bisa, kerja diperusahaan gede banyak tekanan, ampe gw ga bakalan senyaman di kantor gw sekarang. 

Tapi thanks to emak, mak gw akhirnya yang nyemangatin gw, bilang kalo nyoba itu ga pernah ada salahnya, kalo mau punya kerjaan lebih baik, emang musti berkorban sedikit lebih banyak, lagian umur gw masih diawal 20an, jalan gw masih panjang, dan lagi gw masih muda dan segar dan kinyis-kinyis menggairahkan *ngga ding, yang terakhir itu gw yang nambahin sendiri*, maka gw mutusin buat nyoba, good things never come twice kan yah?

So, jadilah besok resign, dan sekarang sedang harap-harap cemas, pesangon gw berapa hihihihi...
Gw gatau nanti di tempat kerja baru gw masih bisa ngeblog ato ngga, yang jelas gw akan sesering mungkin update ini blog. 
Sekian dulu update blognya, gw ngantuk banget, bukan karena gw pelototin tipi tadi malem buat nonton piala dunia, tapi gw lagi kumat insomnianya. Hoaaammm....





PS : biar ga dibilang kuper; Hidup Spanyol!! *telat dikit gapapa donk yah*

Liebe,

Selasa, 15 Juni 2010

Einstein Said...




I'm thankful to all those who said 'NO'.
Because of them,
I did it myself.

-Einstein-



Senin, 17 Mei 2010

Pelacur.

Ya, saya tau. Mungkin ada sebagian dari kalian yang membacanya akan mengerutkan kening dan berpikir mengapa saya tidak menggunakan kata yang lebih halus untuk sebuah judul postingan. Mungkin ada juga sebagian yang tersenyum dan berpikir saya adalah seorang remaja labil yang sedang emosi ketika menuliskan postingan ini...
Yah tetapi begitulah mereka memanggilnya ...... : Pelacur!! 
Tidak di perhalus menjadi pramuria, tidak dengan merendahkan suara atau berbisik, melainkan diucapkan dengan suara lantang dan intonasi sinis : Pelacur!!

Kita panggil saja dia Nina. 2 tahun lebih tua dari saya, adalah tetangga saya di tempat tinggal kami yang dulu, daerah yang adem dan menyenangkan dengan sawah yang membingkai, sebelum akhirnya tanah tempat tinggal kami terlibat sengketa dengan sebuah bank dan orang-orang mulai menjual rumahnya dengan harga rendah, ditawarkan kepada para peminum dan penjudi yang akhirnya menjadikan daerah itu kumuh dan area favorit penggerebekan para polisi.
Nina, sejak lulus SMP tidak melanjutkan sekolah lagi, karena keterbatasan biaya, karena abangnya yang penjudi, karena tidak ada satupun keluarganya yang bisa diharapkan, dan banyak lagi karena... karena... lainnya.
Dia menikah diusianya yang masih sangat muda, melahirkan dua orang anak manis yang terlalu cepat dewasa pada umurnya dan bercerai dengan suaminya karena sering dipukuli dan tak rela dimadu. Dan ya, dia memang berprofesi sebagai seorang pelacur.

Nina sering bermain kerumah saya, berbaring-baring di dipan rumah, mencuri jambu biji yang ditanam nenek jika kebetulan nenek saya belum pulang dari berjualan pisang goreng. Dia sering tertawa, bahkan ketika seorang ibu-ibu gendut yang menyeramkan mendatangi rumahnya dan mengancung-ancungkan sapu di depan pintu, Nina hanya cengengesan dan bersembunyi di balik kamarnya. Dia banyak menceritakan hal-hal lucu dan berbicara dengan sangat cepat.

Pernah suatu kali saya bertanya kepadanya mengapa tidak mencari pekerjaan lain yang lebih baik, yang lebih dihormati orang. Dan dia hanya tersenyum getir dan menjawab :

"Pekerjaan baik apa yang bisa di dapatkan orang yang hanya lulusan SMP, yang gajinya cukup untuk menghidupi dua orang lansia yang sudah sakit-sakitan, tiga anak balita yang mesti diberi sekolah dan susu, seorang kakak ipar dan abang yang bahkan suka menjual beras dirumah jika kalah main judi? 
Pekerjaan baik apa yang bisa memberikan uang cukup jika tiba-tiba bapak saya terkena stroke lagi dan dokter di rumah sakit ngga mau bergerak hanya karena aku ndak punya cukup duit buat bayar kamar?
Biar saja ndak di hormati orang, biar saja dikatain orang, mereka yang ngatain aku sekarang juga dulu ndak bantu aku, 
sebelum aku melacur, waktu aku minjam duit buat ongkos rumah sakit bapakku, semua orang ribut bilang ndak ada duit, sekarang waktu aku ndak perlu minjam duit lagi sama mereka, semua orang ribut ngatain kerjaan aku ndak benar."


Sekarang....
Bolehkah menunjukkan kepada saya, mana yang baik? mana yang tidak baik?
Sekarang...
Siapa yang berani mengancungkan tangannya tinggi-tinggi dan berkata bahwa dia adalah orang paling baik, yang melakukan hal-hal benar, yang selalu mengucapkan hal-hal yang tepat?




Rabu, 28 April 2010

My "Bird-Day"


Banyak yang ingin saya tuliskan akhir-akhir ini, tapi huruf-huruf dan kalimat itu menguap begitu saja ketika layar komputer dihidupkan.
Banyak hal yang terjadi dengan hidup akhir-akhir ini, tetapi saya kehilangan kata untuk menceritakan.
Banyak orang yang datang dan pergi belakangan ini, tetapi saya selalu terlambat untuk sekedar mengucapkan "halo".

Seseorang mengatakan kepada saya, bahwa saya terlalu serius belakangan ini, pendiam dan jarang bicara. Membosankan. Begitu katanya.
Yang lain bilang, saya selalu pulang ke rumah dalam keadaan terlalu larut dan berakhir tertidur di meja makan. Dan Seorang sahabat terkasih yang senantiasa bercerita apapun kepada saya mengeluh, sudah hampir seminggu ini saya menjawab telepon dengan kata "oh..", "iya..iya...", "masa?", "hmm..hmmm"...

Tapi tidak satu pun dari mereka, ada hari itu yang lupa menaikkan doa-doi (emang ada gitu doa-doi?) khusus untuk saya, tidak ada satu sms pun yang kurang, ucapan-ucapan yang membludak masuk di FB, outline messages di YM, surprise party kecil-kecilan dari beberapa teman dan lagu happy birthday yang di nyanyikan dengan beragam nada hari itu.
Dan akhirnya saya insap. Ngga mau lagi diem-dieman, ngga lagi sok-sok seriusan, dan akan kembali bawel seperti biasa.

Terima kasih, untuk tetap mengingatnya, bahkan ketika saya lupa :)




Jumat, 23 April 2010

Balada Ng-Abegeh



Sejak si Nie nikah dan pindah kerumah barunya, gw ketiban adek gw, Lia ini untuk dijadikan teman sekamar. Lia ini, yang hampir naik ke kelas dua es-em-a, sedang dalam tahap gaul-gaulnya sebagai abegeh. Senang dengan lagu-lagu dengan irama up beat, mulai nyolong pake semua aksesoris gw, masih agak sedikit polos, hobbynya nempelin foto-foto segambreng dengan seragam putih abu-abunya ke dinding kamar [yang kalo bole gw komentari] dan hampir semua gaya memonyongkan bibir, berpelukan dengan teman-temannya ato bergaya peace,  mulai pinter nyuri-nyuri pake blush on dan lipstick gw.
Oh the last but not least, seperti abegeh-abegeh lainnya di muka bumi ini, adek gw itu tergila-gila dan ngefans mati pas mentok dengan yang namanya Lady Gaga.

Setiap pagi, si Lia ini akan bangun pagi-pagi nyiapin seragam sekolah, mandi, muter lagu Lady Gaga dengan kuenceeeeeeng dan berjoget-joget ngga banget yang lebih cocok ngiringin lagunya Ridho Irama ketimbang Lady Gaga. MySpace

Dan pagi ini, ketika adek gw mulai menaikkan lagu kebangsaannya dengan hikmat berlebih, menyanyikan dengan penuh bangga liriknya yang kalo ngga salah "Gaga in the room, cherry cherry boom boom" dan begitu terus berulang-ulang sambil make lash booster mascara gw, terjadilah perbincangan ini :
Gw : Dek, buka lagu itu terus, bising ah. Orang mau tidur juga! MySpace
Lia : Aduh cin, lagu ini kan lagi in. Daripada kau tiap hari dengar lemon tree aja. Lagu jaman dedengkot Belanda tuh
Gw : Ga usah muter lagu itu. Orang mau tidur. lagu laen kek!
Lia : Iye iye...dasar muke soak lu!

Dan selang beberapa menit kemudian, terdengar lah lagu pengganti pilihan adek gw yang berdengung :
po-po-po-poker face....po-po-poker face
(mum mum mum mum mah)

 MySpace



PS : oH anYwAyz, guE m0' naNya, aDa pa' siCh dEn9an 6aYa nuL!s kaYak giNi dAN paRa aBe6eh?!?!?


Salam Gaga,

Kamis, 26 November 2009

Kalau sudah jatuh....


Rumah itu sudah sangat tua ketika pertama kali aku melihatnya.
Nampak seperti bekas penginapan tua yang tak lagi terpakai dengan deretan jendela-jendela lebar yang tak berkaca.
Meninggalkan kusen-kusen kayunya yang berlumut dan berbau apak.
Membuat orang yang lewat dapat melihat jelas ke dalam kamar berpintu coklat yang sengaja ditempelkan gambar-gambar pemandangan hasil jepretan apa adanya dari kalender tahunan.
Cucian setengah kering tergantung lewat seutas tali nylon yang rajutannya sudah terlepas disana-sini. Di sudut sebelah kiri tergantung sebuah lampion cina tua berwarna merah. Besar dan berlubang dimana-mana.

Pekarangannya yang sempit di hiasi bunga-bungaan kecil yang ditanam di sepanjang setapak jalan masuk.
Berharap untuk memperindah halaman yang akhirnya sia-sia karena ketika hujan turun, pekarangan tersebut akan segera terendam banjir yang membuat bunga-bunga kecil tersebut layu dan menjadi satu-satunya tanah kering yang diinjak-injak orang.

Bude.
Begitu saya sering memanggil wanita paruh baya yang tinggal dirumah itu. Bude tinggal sendirian, anaknya semata wayang, Astrid, yang selama ini merawatnya sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di Medan.
Terkadang saya menjenguknya. Hanya sekedar untuk mendengarkan cerita-ceritanya dan mencicipi sup jagung manis hangat buatannya.


"Jadi anak perempuan itu harus lemah lembut, baik tutur katanya, sopan prilakunya. Harus sabar dan eling,nanti orang yang melihat juga akan senang" begitu nasihatnya di suatu sore yang mendung.

"Ya ndak selalu seperti itu bude"
sergahku cepat. "Kalo jadi orang terlalu sabar, terlalu eling. Nanti bisa diinjak-injak orang"

"Lha memangnya kamu kecil-kecil sudah pernah merasa di injak orang? baru SMA pikirannya sudah aneh-aneh"

"Ya kan belajar dari pengalaman bude. Liat aja mama. Padahal mama sudah sabar, sudah eling tapi jadinya tetep begini. Karena terlalu pasrah makanya jatuh"


"Cah ayu, setiap orang itu pasti pernah merasakan jatuh. Kalau sudah jatuh boleh menangis, boleh merasa sakit, tapi lepas itu harus berdiri lagi yang tegak. Belajar lagi berjalan. Jangan terus-terusan takut dan menghindar"


"Yah tapi kan sekarang sudah jaman emansipasi bude. Pokoknya tetep jadi anak cewe itu jangan terlalu lemah"
Kataku. Tetap ngotot.

Dan waktu itu bude hanya tertawa kecil. "Ah ngomong sama kamu tho ya ndak bakalan ada habis-habisnya. Sudah habisin supnya, bude mau sholat dulu" begitu tutupnya sambil mengacak-acak rambutku.



Begitulah bude wanita berdarah jawa yang kental tradisi dan budayanya. Terlalu pasrah dan sabar buatku. Sabar ketika ditinggalkan suaminya untuk menikah dengan wanita lain. Sabar ketika harus di tipu uangnya untuk membuka usaha di Kalimantan.
Tapi dia juga sekaligus pribadi yang kuat dan tegar. Ketika akhirnya hidup mengharuskannya menjadi pembantu rumah tangga, terkatung-katung hidup ditempat asing dengan anaknya yang waktu itu hanya berusia 10 tahun.

Sudah lama aku tidak bertemu bude. Terakhir dia bilang akan tinggal bersama kakaknya di Sidoarjo. Samar-samar aku masih mengenali aroma asap dan minyak yang tercium ketika aku di dekapnya, dan rasa sup jagung manis kebanggaannya.
Tapi satu hal yang tak pernah terlupa, ketika masalah datang dan kaki terasa berat untuk melangkah. Masih terngiang jelas di telinga perkataannya:

Cah ayu, setiap orang itu pasti pernah merasakan jatuh. Kalau sudah jatuh boleh menangis, boleh merasa sakit, tapi lepas itu harus berdiri lagi yang tegak. Belajar lagi berjalan.



with love,


Selasa, 06 Oktober 2009

Teh Panas Tadi Malam

"Teh panas?" dahi mama saya mengernyit. "Sejak kapan?" tambahnya.
Begitulah tanggapan darinya ketika melihat cangkir kosong di meja makan pagi ini.
Selama ini saya tidak pernah menyukai minuman panas yang lain selain susu cokelat. Cokelat itu hangat, menenangkan perasaan. Tidak sama halnya dengan teh dan kopi.

Saya benci rasa kopi, meskipun saya sering berlama-lama menikmati wanginya yang khas ketika mama menyeduhnya.

Malam tadi, saya insomnia. Dan setelah terdiam beberapa jam dengan buku yang terbuka tak terbaca, akhirnya saya memutuskan untuk menyeduh teh. Duduk di dapur yang gelap dan mendengarkan musik dari gerimis yang turun mengetuk-ngetuk atap. Larut dalam pemikiran yang membawa saya semakin sulit terlelap.

Pikiran itu datang lagi.
Sudah bermalam-malam pikiran ini berputar-putar di kepala. Seperti kabut yang membentuk selaput, semakin dipikirkan, semakin resah.
Saya sudah berusaha berkorban banyak untuk kamu. Saya sudah berusaha berlari, kamu tau?
Bukan untuk saya. Untuk kamu. Tapi sepertinya itu pun tidak cukup.
Saya tidak marah, hanya sedikit resah.

Gerimisnya sudah berhenti, tehnya sudah dingin.
Dan saya tertidur di dapur. Malam tadi.




Kamis, 09 Juli 2009

Dear, saya lelah.

Duduklah di samping saya hari ini dan dengarkanlah barang sejenak saya berkeluh kesah. Bolehkan?
Jangan. Jangan duduk berhadapan dengan saya, karena kamu tau, saya paling benci menatap mata seseorang ketika saya bercerita, seperti ditelanjangi. Hehe ibu saya paling benci pemilihan kata ini, katanya seharusnya seorang anak perempuan tidak pantas mengeluarkan kata seperti ini. Lalu apa karena laki-laki menjadikannya pantas untuk bicara? Well terserahlah, saya sedang tidak mood membicarakan jurang diskriminasi antar gender yang selalu saya tentang. Tidak hari ini.

Hari ini saya hanya memintamu duduk bersama saya, dengan secangkir cokelat panas mengepul dimalam yang semakin pekat. Karena malam ini hati saya sedang gundah, bintang yang berkedip tak mampu mengalihkan perhatian saya dari masalah yang bergulung tebal seperti ombak, yang semakin mendekat semakin besar kelihatannya.
Dear, saya lelah. Lelah hidup seperti berlari, berlomba dengan tanggung jawab yang semakin lama terasa semakin berat. Saya baru 20 dan punya banyak mimpi layaknya seseorang yang berumur 20. Bisakah?

Oke, saya tau kamu akan tersenyum mengejek dan mulai mengatakan saya terlalu banyak mengeluh, saya tidak mengerti caranya bersyukur kepada sang Pencipta. Tapi saya bukannya mau mengeluh. Saya hanya lelah. Ijinkan saya sejenak berhenti berlomba dengan dunia dan biarkan saya berdamai dengan diri saya sendiri malam ini. Ijinkan saya marah dan berteriak kepada mereka yang dengan seenaknya melepaskan tanggung jawab mereka dan memaksa saya untuk memikulnya. Ijinkan saya malam ini untuk melepaskan semua tanggung jawab saya malam ini.

Dear.....saya lelah.

Selasa, 28 April 2009

Yayyy... i'm 20

Tadinya gw kira... minggu ini gw bakalan punya pikiran yang JENG..JENG..JENG.. tingkat kebijaksanaannya dapat mendamaikan israel dan palestina *ngarep bego.com* blogger-emoticon.blogspot.com

Tadinya gw kira ... badan gw bisa bertambah gede dan muka gw bisa sekonyong-konyong menjadi seengak-enggaknya seperti mereka-mereka yang kelihatan dewasa, ndak hanya tok muka yang sering dikirain anak es-em-a blogger-emoticon.blogspot.com

Tadinya gw kira... selewat minggu ini gw bakalan dipanggil "mbak" dan bukan "adek" lagi blogger-emoticon.blogspot.com

Tapi ternyata, beginilah rasanya berumur 20. Beginilah rasanya bukan lagi menyebutkan umur dengan embel-embel "belas" dibelakangnya. Dan apa rasanya sodara????

JAAAAAAHHHH.....BIASA AJA TUH NYONG !!!! blogger-emoticon.blogspot.com

Tapi makasih buat Bapa yang udah miara gw ampe segede ini, yang teteeeup aja yah masih aja keras kepala nan suka melenceng sana sini, tapi Bapanya juga yang kekeuuh gitu buat nyayangin gw. Dan itu benar yang rasul Paulus bilang,aku ada sebagaimana aku ada adalah karena kasih karunia...

Makasih buat mereka yang sms, nge-mail, nelpon, maupun lewat facebook buat ngucapin happy bird day [selamat hari burung] buat gw topi. Buat keluarga gw dan kalian semua yang udah hold tight my hand and walk beside me *hugs..hugs... peluk*


Eniwei, sabtu kemaren gw motong rambut gw jadi pendek. Soale seumur-umur gw blom pernah punya rambut pendek, jadi gw pikir sebelom gw 20 maunya pernah ngerasain punya rambut pendek (lah ini apa hubungannya yak? blogger-emoticon.blogspot.com) dan inilah hasilnya :

any comment ?? (aaaanyway, gw ngerasa potongan ini gagal. sigh. )

Dan ini juga hasil karya someone lovely, yang ngirimin MMS buat gw tengah malem buta sehabis kita makan di pizza hut. Ting kiu yah..gw pajang disini loh fotonya jelir

At last but not least......... mana kado buat gw nie??????? HA.HA.HA.HA. blogger-emoticon.blogspot.com