Tampilkan postingan dengan label my dearest. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label my dearest. Tampilkan semua postingan

Minggu, 08 September 2013

Unfinished

Kepada dia,
Yang selalu namanya tak terlupa dalam setiap doa

Kau... apa kabar?
Kali ini kita berdiri pada dua sisi yang saling berjauhan
Kau pada jalanmu.
Aku pada jalanku.
Sejak kapan dunia berputar pada poros yang salah?
Atau sejak dulu, matahari memang salah terbit?
Hanya saja, sekarang mereka insaf.
Sehingga hanya kita yang merasa salah?
Limbung lalu hilang arah.

Apa yang akan kau lakukan setelah ini?
Kau punya rencana?
Baik-baikkah hidupmu disana?

Aku kembali pada titik awal.
Titik sebelum aku mulai melangkah.
Mungkin aku masih ingin menjajal jogja.
Sendirian.
Seperti mimpiku dulu.
Menjual kenangan. Mencari bahagia.

Mungkin pada satu waktu, kita akan kembali bertemu.
Dan aku akan menceritakan padamu mimpi-mimpiku yang sudah lunas kubayar.
Dan kau akan bercerita tentang mimpimu kepadaku.
Mimpi, yang tidak akan terbayar jika kita berjalan pada satu arah.
Cerita, yang lebih baik kita tinggalkan separuh jalan,
ketika masih tertulis bahagia.
Daripada kita paksa selesaikan, dan hilang bahagia pada akhirnya.

Dari saya,
Yang masih menjadi yang paling bangga atas semua pencapaian-pencapaian dan mimpimu,

Selasa, 27 Agustus 2013

Sepotong kata maaf


Maaf...
untuk sebuah tangan yang terlepas.
Maaf...
untuk genggaman yang kini enggan berbagi hangat.
Maaf...
untuk jari-jari yang sekarang tak lagi ingin terkait.
Maaf...
untuk hanya sepotong kata maaf yang saya tau tak akan menghilang beban.
Maaf...
karena suatu kali saya pernah berkata, benar saya cinta. Sehingga menggoreskan banyak luka.

Ketapang, 27 Agustus 2013...

dituliskan untuk kamu,
yang pada satu waktu, pernah menjadi seluruh duniaku.




Kamis, 15 Agustus 2013

Selapis Langit Ibu


Suatu kali seorang teman pernah berkata, diatas langit masih ada langit.
Katanya setinggi apapun kau terbang, kau tak kan bisa menyentuh langit.
Ya. Mungkin benar.

Saya, saat ini tidak tau ada berapa lapis langit itu.
Tidak tau ada berapa macam benda yang disebut orang langit.
Langit yang saya tau adalah hamparan biru yang tersebar tak kenal batas,
yang tak habis meskipun seperti hari ini, hujan luruh seharian.
Langit yang saya tau, adalah bentangan beludru hitam kelam dengan bintang jatuh sebagai hiasan paling mahal  yang pernah saya lihat ketika saya berkemah ditepi pantai singkawang yang dingin.
Langit yang seperti itu.

Sampai pada suatu waktu, ibu bilang, sayalah langitnya.

Anak ibu ada 4 orang. Saya yang nomor 2.
Yang paling mandiri adalah kakak tertua saya,
yang paling perhatian adik saya yang pertama,
yang paling cantik adik bungsu saya,
Saya, dibandingkan mereka, tidak ada apa-apanya tentu saja.

Saya mungkin adalah anak ibu yang paling apatis, cenderung autis.
Karena kata ibu, saya seperti memiliki dunia lain yang tak bisa ditembus olehnya.
Saya cenderung melakukan semuanya sendiri tanpa ibu, meskipun saya bukan orang yang mandiri.
Dan pada tahun ke 23 hidup saya, sayalah anak pertama yang meninggalkannya merantau ke kota antah berantah ini.
Meskipun begitu, saya ingat hari itu, minggu pertama bulan mei, malam pertama saya pulang dengan cuti pas-pasan.
Ketika saya duduk berdua dengannya di teras, dia bilang sayalah langitnya.
Bahwa meskipun saya begitu acuh dan memiliki dunia saya sendiri tanpanya, tapi ketika setiap malam dia masih bisa mendengar saya memanggilnya mama lewat saluran telepon yang putus sambung ala kadarnya, maka dunia baginya tetap utuh.

Malam ini, ketika saya terduduk sendirian menuliskan ini di meja makan kontrakan saya yang luar biasa sepi, saya meneleponnya.
Ibu saya, sedang sakit kepala.
Mengobrol sebentar telepon di tutup.
Dengan sebuah kalimat akhir yang sudah saya hapal mati di luar kepala ;
"jangan sering beli makan diluar, jangan makan indomi terus-terusan, kalau mau tidur ingat pintu dikunci rapat-rapat, jangan percaya dengan orang yang baru dikenal."
Begitu.
Seperti saya masihlah anaknya yang berumur 10 tahun yang digandengnya ke pasar sudirman untuk membeli kancing dan kain untuk menjahit.

14 tahun sudah berlalu sejak hari itu, ketika saya setia menemani ibu ke pasar untuk sekedar membeli soda kue atau kancing dan kain lem. Dan sadarlah saya bahwa saya saat ini setengah mati merindukan hari itu.
Dan sampailah saya pada suatu pengertian, yang meskipun tak pernah saya ungkapkan padanya, bahwa ibu juga adalah selapis langit saya.
Yang tanpanya saya tak pernah ada.







Minggu, 19 Mei 2013

Those Old Days

 


 When was the las time you thought of me?
Adele - Don't you remember

 ****

Waktu itu, beberapa tahun yang lalu, tidak-tidak.. beberapa belas tahun yang lalu, kita tidak seperti sekarang. Iya kan? kamu ingat?

Saya tau, setelah kamu membaca tulisan ini, kamu kemudian akan mengomeli saya panjang lebar, bahwa saya tidak hidup dalam realita, bahwa saya cengeng dan tidak kuat, bahwa saya mulai melupakan ajaran kamu, bahwa saya harus berdiri tegak-tegak. Tapi, sehari ini saja, dalam beberapa menit ini saja, ijinkan saya mengingatnya. Boleh kan?

Waktu itu, kita semua tinggal bersama, kamu dan saya, bukannya berlainan kota seperti sekarang.
Waktu itu kita punya gaun kembar kembang-kembang, punyamu biru, saya merah. Ingatkan? Gaun yang selalu tidak mau kau pakai, katamu brokat dan rendanya bikin gatal, tapi saya suka, seperti princess kata saya. Kamu tidak suka princess, karena katamu kau pendekar wanita.
Waktu itu jika kamu sakit, maka saya akan menangis sampai demam, sampai saya ikut-ikutan sakit, bukan karena mengkhawatirkan kamu, tapi karena saya tidak punya teman bermain. Dan jika kita sudah sakit, maka dia akan pulang lebih awal, iya kan?
Lalu dia mulai sibuk di dapur, memasakkan kita bubur, membangunkan kita malam-malam untuk minum obat, mengganti kompres.
Dulu dia tidak pernah lupa jadwal sekolah kita, pe-er yang tertunda. Dulu dia bisa apa saja. Membuat kandang marmut, mengambil bola bulutangkis yang tersangkut di atap, dan main harmonika. Dulu dia bisa memenuhi apapun permintaan kita.
Dulu dialah superheronya, dan dulu dia sayang kita, iya kan?...akui sajalah.

Waktu itu tidak ada yang saya takutkan, karena saya punya kamu, dan kita punya dia. Tapi sekarang saya takut. Terlalu banyak hal yang saya takutkan, sepertinya saya meniti jalan sendirian, dan sedikit sekali pegangan.
Sekarang kita tidak punya dia, dan kamu terlalu jauh untuk saya temui kapan saja.
Nie, hari ini bolehkan kalau saya bilang saya kangen papa?
Kamu juga kan?
........
Akui sajalah...




Kamis, 23 Juni 2011

Day 4 - Kepada Si Preman Pasar



Saya sudah lupa, kapan terakhir kali kami jalan keluar berdua, sekedar hang out atau makan pizza paket delight yang murah meriah di senin malam yang melelahkan.
Saya sudah lupa, kapan terakhir kali dia mendengarkan saya bercerita, kapan ketika tiba-tiba pikiran saya menolak mempercayainya untuk menyimpan rahasia-rahasia saya, begitu juga sebaliknya dengan dia.
Saya sudah lupa, kapan terakhir kali kami mengkhawatirkan hal yang sama, kapan terakhir kali kami menertawakan dan menangisi hal yang sama.
Satu hal yang saya ingat darinya, adalah bahwa dia pernah mengajarkan kepada saya bahwa saya tidak bisa menyimpan orang yang saya sayangi dekat dengan saya selamanya. Bahwa suatu hari mereka akan pergi, menjalani jalan mereka masing-masing. Tapi, saya tidak pernah berpikir salah satu dari mereka adalah dia.
Karena saya merindukan caranya mengajarkan saya menjadi pribadi yang tegar, sebab baginya hidup itu keras. Dan saya merindukan cara dia memarahi saya ketika saya gagal, karena dulu saya cengeng.
Karena saya merindukan malam-malam ketika dia harus menjemput saya pulang kuliah, dengan kaos oblongnya yang kebesaran dan mp3 saya yang dipalaknya secara paksa.
Karena saya merindukan gayanya ketika mengejek saya “tuan putri” ketika saya berumur tujuh belas hanya karena saya senang memakai rok dan baju berenda, meskipun dulu saya menganggapnya sangat menyebalkan.
Karena saya merindukan ekspresinya ketika dia bimbang dan caranya bertanya “menurut kamu....”
Karena saya merindukan preman pasar kesayangan saya.
Karena saya merindukan Nie. Bukan mamanya June. Bukan juga istrinya Frets Mamondole.
Karena saya merindukan Nie. Cece kesayangan saya.
Itu saja.
Jadi, jangan berjalan sendiri. Kita jalani saja sama-sama, seperti dulu. Bisa kan?


Saya,

Rabu, 08 Juni 2011

Day 3 - Simple As Shown

Talking about parent, and i have no idea what to talk about. Menuliskan mereka seperti menjelaskan cara merakit pesawat ulang alik sambil menyebutkan satu per satu tahap membuat sate kambing. Hal yang tidak bisa saya lakukan sekaligus. Singkat kata, kehidupan keluarga saya bisa di resume menjadi dua kata saja : mereka berpisah. Dan seperti inilah saya harus menuliskan mereka , secara terpisah.
Saya tinggal bersama mama, yang nantinya akan menjadi karakter utama dalam tulisan saya kali ini. Dan jarang bertemu dengan papa saya karena dia sangat sangat sangat sibuk. Oleh sebab itulah saya tidak memiliki banyak hal yang bisa saya ceritakan tentangnya. 
Mama saya, pada dasarnya adalah tipe wanita yang lembut hatinya. Kalau marah, ngga bisa lebih dari dua jam, suka bilang mau kabur dari rumah kalau anak-anaknya ngebantahin omongannya tapi ngga pernah kejadian. Dan  jika boleh saya bilang, mama masih menyimpan sedikit sikap childishnya yang dibawanya sampai sekarang. 
Kamu tau, mama saya paling suka menyanyikan lagu Nia Daniaty sambil masak rendang ikan tongkol. Paling doyan makan KFC, dan kalau jalan ngga bisa ngga menggandeng lengan atas orang disampingnya. Dia menurunkan kepada saya matanya yang bagus, pupil dengan sedikit campuran berwarna coklat dan bulu mata yang panjang, menurut beliau itu warisan dari neneknya mama yang merupakan orang pribumi asli kalimantan dan dipercaya suka makanin orang.
Mama, wanita paruh baya diakhir 40an. Kalau tertawa akan nampak kerutan-kerutan halus di sekeliling matanya (dan dengan alasan itulah dia meneror saya dengan cream anti aging berbagai merk) yang bagi saya terlihat sangat manis. Sangat berjiwa muda, sehingga baru-baru ini dia minta ditemenin ke salon buat keriting digital *yang saya balas dengan pandangan : hellohhhh..maksud loeeeh??*
Saya sering nge-date dengan mama, hanya berdua. Ntah makan es krim sundae di jalan jendral urip, minum lemon tea sambil kongkow ala abege, atau keluar masuk toko untuk sekedar beli kaos lucu. Dan setiap kali kami keluar bersama, orang-orang pasti akan melirik dengan iri, karena mama dan saya lebih terlihat seperti teman ketimbang ibu dan anak. Tapi kami juga sering berantem karena hal-hal remeh,ya  tentang giliran mengantar adik-adik saya kesekolah,ya  berebut remote TV, sampai ketidaksukaannya dengan hobby saya menonton drama korea hanya karena alasan “ih cowo kog dandannya kayak cewe, ngga mendidik ini”.
Terkadang saya suka tidak mengerti, tentang sosok ibu yang biasa diperankan di tivi-tivi, yang lalim, yang suka menggagalkan hubungan anaknya, yang suka aneh-aneh. Begitu rumit. Karena hubungan saya dengan mama begitu sederhana. Bagi saya, mama lebih seperti seorang sahabat. Seseorang yang dengannya saya tumbuh bersama. Seseorang yang bersama saya melewati masa-masa sulit dalam hidup. Dia yang bergantung kepada saya, dan saya yang tidak bisa hidup tanpanya.

Sesederhana itu namanya bahagia....
 
It's me,

Jumat, 20 Mei 2011

Day 1 - Seratus


  
Satu...
Dua...
Tiga...

Pada hari keberapa saya menemukannya?

Tiga belas..
Empat belas...

Pada hitungan keberapa dia muncul di hadapan saya?

Dua puluh enam..
Dua puluh tujuh...
Seperti permainan yang sering kami mainkan dulu, saya menghitung sampai sepuluh, dia yang bersembunyi. Kemudian sebelum detik yang keseratus, saya harus menemukannya. Jika tidak, dia akan muncul mendapati saya. Selalu begitu. Karena saya tidak suka gagasan "cari sampai dapat". Karena saya, tidak suka mereka hilang terlalu lama.

Empat puluh delapan...
Empat puluh sembilan...
Lima puluh...

Hari pertama, menuliskan tentang sahabat, saya merindukannya.
Mendapati kenyataan bahwa tanpa saya sadari, dia sudah lama "hilang". Kata seratus itu sudah terlalu lama disebutkan, dan dia tetap tidak muncul. Atau mungkin juga saya yang tidak mencari?

Enam puluh tiga..
Enam puluh empat...

Saya selalu benci gagasan bahwa suatu hari kita akan tumbuh besar, belajar menjadi dewasa, dan dengan jalannya itu, pada akhirnya semua orang akan pergi menjalani hidupnya masing-masing.
Masih ingat? karena gagasan itu, kita berbaring hingga malam. Tidak rela memejamkan mata untuk tidur, berkali-kali keluar masuk dapur hanya untuk minum air putih dan buang air kecil. Dengan bodohnya menyadari, bahwa moment seperti ini suatu hari akan berlalu.

Tujuh puluh tujuh...

Hari ini, lima tahun berlalu sejak saya mengenalnya. Dia masih menjadi sahabat saya, masih menjadi orang kesayangan saya, yang telah saya abaikan berbulan-bulan.
Kami masih saling bertemu, masih sering berkirim-kiriman pesan singkat lewat telepon seluler. Tapi saya tidak dapat lagi mengingat, kapan kami berbaring bersama, makan coklat hingga ketiduran. Saya memakai piyama warna pink, dan dia warna kuning. Kami menertawakan hal-hal yang tidak penting, dan bercerita dengan hati, berakhir dengan bangun kesiangan dengan mata sembab karena kurang tidur.

Delapan puluh satu...
Delapan puluh dua...

Hari pertama, menuliskan tentang sahabat, saya merindukannya.
Menyadari bahwa sudah terlalu lama kata seratus disebutkan. Dan sekarang, ketika menuliskan ini, saya mengirimkan pesan singkat padanya :
"Say, jumat ini ke pizza hut yuk. Saya nginep yah?"

Sembilan puluh delapan...
Sembilan puluh sembilan...
...

Seratus.



Selasa, 23 November 2010

June in November

Back to monday!
Tumben setumben-tumbennya hari ini gw bisa banget pulang awal dihari senin, maklum lagi pertengahan bulan, jadi kerjaan juga kurang, nggosip aja banyakan di kantor *disambit komputer GM*.
Akhirnya gw sempetin upload beberapa foto ponakan gw disini. Yup siapa lagi kalo bukan si June, rapper kecil gw yang suka show off tengah malem, ngomong dengan bahasa ngga jelas dan ngebujuk seisi rumah bangun buat main sama dia 




Semakin gede si June, semakin keliatan tingkah polahnya yang ngeselin mulai dari yang  :


pura-pura nguap bosen kalo diajakin foto sama gw



sok ngga butuh kalo diajakin foto sama emake, ato...


   

pasang muka horor kalo difotoin sama nenek gw, tapi....



langsung pasang tampang sok imut banget kalo diminta foto sendiri. Jelas sekali si June punya turunan gen narsis langsung dari entah siapa *melirik si Nie*


Tapi terkadang, dia juga bisa memperliatkan ekspresi seperti ini :


apa liat-liat??!! gatau apa bapak gw polisi!!




           nie bilang : "bok, anak gw mirip banget ngga sih sama chucky? ituloh yang jadi boneka setan"
           mama : "hush sembarangan!!..............................tapi iya sih ya, agak mirip hihihi
           gw dan nie : terjungkal kebelakang.


Oh anyway, beberapa minggu yang lalu June sempet masuk rumah sakit gara-gara demam terlalu tinggi. Penampakan pertama dirumah sakit adalah seorang anak kecil lemas tak berdaya :


             Tante Gaul 1 : Ce, kasian banget foto ini, waktu June di autopsi di rumah sakit.
             Tante Gaul 2 : Gembel, lo kate dia mayat!
             Tante Gaul 1 : Eh..Eh..maksud gw opname *senyum-senyum ga enak*
(sebuah gubuk di Kalimantan Barat, didengar oleh tante gaul 1 yang langsung merasa bahwa membelah perut mungkin adalah cara penyembuhan baru untuk demam tinggi)



Setelah mulai sehat dan menyadari bahwa yang memeriksa adalah dokter cantik, ekspresinya langsung menjadi : 



Selang beberapa hari kemudian (setelah banyak di grepe-grepe sama suster cantik) penampakannya menjadi :




dan dunia persilatan kembali damai...


Sekian dulu update-an dari gw, karena berhubung udah malem dan gw pengen nonton Agnes Monika jadi host di ajang AMA. 
Oh anyway ada apa dengan gw, serasa gw begitu lama meninggalkan abad teknologi ini dan terkucil dari yang namanya televisi sampai tadi pagi adek gw ngabarin kalo Agnes udah beneran Go Inchernesyenal *cinta laura mode on* ato si Arumi Baschin yang mingat lagi dari rumah. Sedangkan selama ini gw hanya menyibukkan diri dengan menonton episode versi terbarunya sponge bob. Kalian juga suka sponge bob? Oh tidak terima kasih? baiklah kalo gitu kita kembali ke infotainment selebriti... udah tau soal Jupe dan Depe yang berantem?

OK! BAIK! FOKUS! 

Ngga ada lagi gosip-gosipan...Dear guys, have a good night and a lots of sweet sugary dreams :)
*poni disasak tinggi, pake gaun sekembang rumah betang ala Agnes*. 




It's me,

Kamis, 21 Oktober 2010

June[nya] Nie

Yooo... apa kabar dunia? udah berapa lama gw ngga eksis di dunia per-blogger-an ini? Belakangan gw mulai ngerasa tua. Mulai jarang blogwalking, mulai jarang update-update foto (baca : narsis), dan gatau sama sekali bahwa Agnes Monika jadi host di ajang AMA (apa penting sih ngomongin Agnes malem-malem gini ?)
Tapi sekali lagi gw ingetin, bahwa gw adalah : a girl (teteup yah meskipun berkoar-koar ngerasa tua, ngga rela pake kosa kata diluar kata 'g.i.r.l' HA.HA.HA) with my words. Gw ngga lupa gw ada janji ama elu-elu pada buat upload foto ponakan gw, alias baby si Nie. Nah inilah dia...



Namanya John Rudolph Mamondole, dan seneng banget senyum sama orang lain TERKECUALI GW. Dan ampe sekarang gw gatau kenapa. Dia juga musuh banget ama gw keliatannya ampe-ampe kalo masuk ke kamar gw aja bisa nangis kejer ampe ngap-ngap. Emang salah apa sih kamar beserta pemiliknya ?

Kita dirumah biasa manggil dia June (ga tau juga ini nyambung dari mana) terkecuali kakek gw yang kekeuh tetep mau manggil dia dengan sebutan akuang (ya..ya..memang lebih terdengar nama seperti gerai nasi ayam dijalan gajah mada itu sih). Ponakan gw yang satu ini, seperti halnya emaknya, narsis gila. Contoh nyatanya bisa dilihat dari foto berikut ini :


Bener apa bener ?
June ini sadar banget kalo di todongin kamera didepan mukanya, pasti langsung senyum-senyum ngga jelas, ato monyong-monyongin bibir ala anak SMA. Bahkan ketika tidur aja, dan kita panggil buat foto, dia masih sempet-sempetnya senyum sambil merem , SWT (--")

Sekarang ni anak dititipin dirumah gw, ampe dirasa cukup gede buat dibawa pulang pergi ama emaknye waktu berangkat dan pulang kerja. Jadilah dia ketibanan si Lia jadi emak asuk dadakan. Dan efek sampingnya sekarang, kalo si June lagi rewel dan ga mau tidur, tinggal di puterin lagunya Justin Bieber yang oh baby..baby..pasti langsung mingkem. Ck..ck..ck...

Oh anyway, sekian dulu update dari gw, bakaln nulis lagi secepat gw bisa.




Tantenya June yang cakep dan gaul berat,

Jumat, 23 April 2010

Balada Ng-Abegeh



Sejak si Nie nikah dan pindah kerumah barunya, gw ketiban adek gw, Lia ini untuk dijadikan teman sekamar. Lia ini, yang hampir naik ke kelas dua es-em-a, sedang dalam tahap gaul-gaulnya sebagai abegeh. Senang dengan lagu-lagu dengan irama up beat, mulai nyolong pake semua aksesoris gw, masih agak sedikit polos, hobbynya nempelin foto-foto segambreng dengan seragam putih abu-abunya ke dinding kamar [yang kalo bole gw komentari] dan hampir semua gaya memonyongkan bibir, berpelukan dengan teman-temannya ato bergaya peace,  mulai pinter nyuri-nyuri pake blush on dan lipstick gw.
Oh the last but not least, seperti abegeh-abegeh lainnya di muka bumi ini, adek gw itu tergila-gila dan ngefans mati pas mentok dengan yang namanya Lady Gaga.

Setiap pagi, si Lia ini akan bangun pagi-pagi nyiapin seragam sekolah, mandi, muter lagu Lady Gaga dengan kuenceeeeeeng dan berjoget-joget ngga banget yang lebih cocok ngiringin lagunya Ridho Irama ketimbang Lady Gaga. MySpace

Dan pagi ini, ketika adek gw mulai menaikkan lagu kebangsaannya dengan hikmat berlebih, menyanyikan dengan penuh bangga liriknya yang kalo ngga salah "Gaga in the room, cherry cherry boom boom" dan begitu terus berulang-ulang sambil make lash booster mascara gw, terjadilah perbincangan ini :
Gw : Dek, buka lagu itu terus, bising ah. Orang mau tidur juga! MySpace
Lia : Aduh cin, lagu ini kan lagi in. Daripada kau tiap hari dengar lemon tree aja. Lagu jaman dedengkot Belanda tuh
Gw : Ga usah muter lagu itu. Orang mau tidur. lagu laen kek!
Lia : Iye iye...dasar muke soak lu!

Dan selang beberapa menit kemudian, terdengar lah lagu pengganti pilihan adek gw yang berdengung :
po-po-po-poker face....po-po-poker face
(mum mum mum mum mah)

 MySpace



PS : oH anYwAyz, guE m0' naNya, aDa pa' siCh dEn9an 6aYa nuL!s kaYak giNi dAN paRa aBe6eh?!?!?


Salam Gaga,

Rabu, 17 Maret 2010

tembanglawas.com

Belakangan, banyak yang nanyain gw kabar si Nie dan sendal jepit birunya.
Nie sekarang sudah pindah kerja, diterima disebuah bank swasta tanpa fasilitas koneksi internet. Jadi dia ngga bisa blogging dan fesbukan lagi deh (my poor sista).
Nie sedang hamil, dan mungkin karena kehamilannya itu, dia menjadi lebih sinting daripada biasanya.

Kemarin dan kemarinnya dan kemarinnya lagi gw pergi kerumah tuan muda. Yang jaraknya 8 jam perjalanan dengan kapal express dan 35 menit dengan pesawat terbang. Jadilah gw absen kerumah Nie yang saban sabtu gw hantui kunjungi.
Gw pulang rabu pagi, dari bandara langsung nyungsep di kantor karena udah hari kerja.
Agak telat memang karena pesawat yang delay, sepanjang perjalanan pulang, hape gw bunyi. Pesan masuk. Gw buka. Aha NIE!

Nie : 
Pulanglah engkau pulang bila sudah waktunya, jangan buat alasan sibuk dengan urusan, siapa tak butuh teman, siapa tak ingin disayang, kalau harus begini siapapun tak mau....

Gw :
Mungkin lebih baik begini....menyendiri disudut kota ini.


Nie:
Hapuslah semua, kisah kasih yang pernah ada..*vibrasi* biarkan aku sendiriii..menyendiri tanpa dirimu lagiiii... 


Gw:
jangan datang atau titip salam. hanya menambah luka di hatikuuuu...*buang ingus* 


Nie :
Syg syg untuk apa disayaaaang...bila yg disyg tak lagi menyayang..disini bilang rindu rindu, tp hatimu ada disana 


Gw :
kini aku telah bertemu, dia yang tlah lama kucariiii, mutiara yang hilang dulu, jumpaaaaa...aaa...aaa lagiiiiih *naik 9 oktaf*


Nie :
Gelas gelas kachhaaa...aaaa... bunyikan suara siapakah aku ini, adik aku tak punya apapun tak punyaaaaa... 


Gw :
Udah ah gila! gw telat ngantor ni, lagi di jalan, pulsa gw menjelang ajal. Pulang kerja baru kerumah lo.


Dan tak lama kemudian handphone gw berdering, layar berkedap-kedip : 'Ce Nini'

"Halo?"

Dan diseberang sana terdengar bunyi cempreng "Kalaulah memang kita berpisah itu bukan suratan, mungkin ini lebih baik agar kau puas mengirit pulsa. Pulangkan sajaaaaa aku pada ibuku atau ayahkuuuuu…"

"Woi bujug! gila lo ye emang, heran gw laki lo mau ama lo"

Dan telepon ditutup begitu saja, seiring dengan iring-iringan tawa cekikian sebagai back sound.


See?


See?




Kamis, 11 Maret 2010

You...

Saya.
Tentang dia.
Kita.
Pemikiranku.
Pendapatmu.
Jeda telepon yang lama.
Bahasamu.
Kemarahanku.
Suara tawamu.
Jarak kita.
Berhari-hari yang telah lewat.
Selisih paham.
Wangi cologne yang kau pakai.
Lagu kita.
Superman dan new moon.
Es krim rasa coklat dan strawberry.
Nasi yang tak habis termakan.
Sunset di pinggir sawah.
Ciuman di pipi yang tiba-tiba.
That "always be my baby" song?
Pantai dan hujan.
Sup jagung.
Genggaman tanganmu.


Dan jika semua itu saya rangkum menjadi satu, hanya memerlukan dua kalimat untuk mengucapkannya :


kangen kamu.





Jumat, 05 Februari 2010

Bapak dengan senyum santa ala negro


Saya sangat tidak menyukai polisi. Terkadang polisi itu sangat mengganggu, dengan sikapnya yang angkuh dan sok galak.
Kecuali satu. Oh dua mungkin jika boleh saya tambahkan si abang ipar baru.
Saya tidak pernah ingat namanya siapa. Seingat saya, dulu saya memanggilnya bapak. Polisi lalu lintas yang sering membantu saya menyebrang jalan waktu SD.
Orangnya tinggi besar, tegap dan berkulit hitam. Sekilas jika dilihat, perawakannya sungguh sangat menakutkan, jika tidak mengenakan seragam polisinya, mungkin orang-orang akan mengira dia preman pasar senin yang berjarak hanya 300 meter dari sekolah.
Tapi kau harus melihat ketika dia tersenyum, ada kerutan di sudut mata dan pipinya yang membuatnya terlihat lebih seperti kakek santa versi orang negro.

Bapak selalu memegang tanganku erat-erat sambil meniup peluitnya yang memekakkan telinga, dan ajaibnya kendaraan yang lalu lalang bisa langsung berhenti ketika peluit itu berbunyi. Ketika saya bertanya mengapa, dia selalu menjawab "ini peluit ajaib." Pernah sekali saya ingin meminjam peluitnya ke sekolah, tapi Bapak berkata, peluit ini hanya berfungsi jika yang meniupnya orang dewasa. Belakangan baru saya mengerti dia tidak ingin saya seperti anak hilang, berlarian dijalan dan menyebrang sembarangan hanya berbekal sebuah peluit.

Dia juga selalu memberikanku lima batang lolipop berbentuk hati yang berisi plum ditengah-tengahnya jika dia pulang dari dinas entah dimana.

Bapak jugalah yang mengantar saya masuk ke gedung sekolah dan berbicara dengan wali kelas saya ketika saya ngadat di gerbang karena salah mengingat untuk memakai seragam olahraga, bukannya rok cokelat pramuka.

Ketika saya naik ke kelas empat, bapak tidak ditugaskan menjaga jalan di depan sekolah kami lagi. Dan keluargaku pindah rumah yang lebih jauh letaknya dari sekolah. Saya diantar jemput, tidak lagi berjalan kaki sendirian ke sekolah.
Tiga belas tahun berlalu dan saya tidak pernah lagi bertemu dengannya, bahkan hampir lupa. Hingga pagi ini, ketika saya mengantar adik-adik sekolah. Pulangnya saya terpaksa berhenti di tengah jalan, ada mobil aparat yang hendak menyebrang, jalur kiri sudah berhenti, jalur kanan masih ramai. Dan didalam mobil dengan jendela terbuka itu, ada seseorang yang menunjuk dan tersenyum kepada saya.
Dan disanalah dia, bapak dengan senyum santa ala negro. Masih dengan seragam polisinya, masih ingat saya. Dan untuk pertama kalinya saya ingat untuk membaca namanya....

Sutikno.




Kamis, 28 Januari 2010

!



Gawat...!!

Sepertinya, saya sudah benar-benar jatuh cinta padamu.

Iya kamu. Memangnya siapa lagi?



Jumat, 22 Januari 2010

Balada Jus Buah Pare

Hula... kerjaan numpuk dan musim ujian ngebuat gw lama ngga ngeblog. Kangen. Kangen. Kangen.
anyway, lusa cici gw si Nie bakalan nikah, doain ya guys, moga-moga aja resepsinya dan pemberkatannya dan pembagian angpaonya lancarrrrrr [yang paling penting yah yang terakhir itu ya?blogger-emoticon.blogspot.com ]

Eh ngomong bicara punya cakap tentang acara pernikahan, gw lagi di timpa musibah.
Sabtu kemaren si Nie tunangan, dan dari acara tunangan itu, berdatanganlah hantaran-hantaran berbagai jenis makanan kaleng dan minuman. Salah satunya, ada beberapa kaleng bir berlogo jangkar kapal yang di susun dengan apik dan mengundang.
Dan malam tadi, waktu gw ngga bisa tidur dan ngendap-ngendap ke dapur nyari sayur sisa mrgreen, secara tidak sengaja terlihatlah oleh gw si nenek dan si kakek lagi duduk, berduaan sambil minum sekaleng bir *deeeuuuu romantis amat yak blogger-emoticon.blogspot.com* Dan nenek gw nyeletuk :
"Ini bir tawar yak, ngga ada rasanya" *kalo bahasa gaulnya ngga nendaaaaaang gitu loh cin*
Dan kakek gw mengamini perkataan nenek gw dengan "iya.. mending arak ya..."

Malam lewat.
Nenek dan kakek gw udah ngga di dapur, gw kembali mengendap-endap di dapur, lagi-lagi nyari makanan sisa.
Dan terlihatlah olehku, bir sisa nenek dan kakek gw. Isinya sisa seperempat kaleng. Dan terjadilah,
selama gw idup 20 taun, 8 bulan dan 26 hari, pertama kalinya gw nyobain itu bir kaleng. Seperempat gw ludesin. Dan gw ngga nyangka dimana letak daya tarik minuman ini sampe-sampe orang rela ngegadein anak istri buat mabuk-mabukan wahai sodara?

Dan pagi ini, gw terbangun dengan badan gatel dan merah-merah. Bintik-bintik karena alergi dari minuman berasa jus buah pare, beraroma kol busuk, belum lagi rasa kebas di lidah dan sensasi di perut seperti kita abis nelan ulekan cabe. Hikss...
Sampe detik gw nulisin ini, badan gw masih gatel, bintik merahnya masih blon mau ilang, dan gw masih tetep imut blogger-emoticon.blogspot.com dengan kondisi dimana lusa cici gw nyelenggarain resepsi nikahan. Sigh.

Guys, ada yang tau obat alergi alkohol?



PS : buat yang berulang tahun hari ini, met ultah ya jelekku, 2x|| 8242=9 x23|| jelir




Kamis, 26 November 2009

Kalau sudah jatuh....


Rumah itu sudah sangat tua ketika pertama kali aku melihatnya.
Nampak seperti bekas penginapan tua yang tak lagi terpakai dengan deretan jendela-jendela lebar yang tak berkaca.
Meninggalkan kusen-kusen kayunya yang berlumut dan berbau apak.
Membuat orang yang lewat dapat melihat jelas ke dalam kamar berpintu coklat yang sengaja ditempelkan gambar-gambar pemandangan hasil jepretan apa adanya dari kalender tahunan.
Cucian setengah kering tergantung lewat seutas tali nylon yang rajutannya sudah terlepas disana-sini. Di sudut sebelah kiri tergantung sebuah lampion cina tua berwarna merah. Besar dan berlubang dimana-mana.

Pekarangannya yang sempit di hiasi bunga-bungaan kecil yang ditanam di sepanjang setapak jalan masuk.
Berharap untuk memperindah halaman yang akhirnya sia-sia karena ketika hujan turun, pekarangan tersebut akan segera terendam banjir yang membuat bunga-bunga kecil tersebut layu dan menjadi satu-satunya tanah kering yang diinjak-injak orang.

Bude.
Begitu saya sering memanggil wanita paruh baya yang tinggal dirumah itu. Bude tinggal sendirian, anaknya semata wayang, Astrid, yang selama ini merawatnya sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di Medan.
Terkadang saya menjenguknya. Hanya sekedar untuk mendengarkan cerita-ceritanya dan mencicipi sup jagung manis hangat buatannya.


"Jadi anak perempuan itu harus lemah lembut, baik tutur katanya, sopan prilakunya. Harus sabar dan eling,nanti orang yang melihat juga akan senang" begitu nasihatnya di suatu sore yang mendung.

"Ya ndak selalu seperti itu bude"
sergahku cepat. "Kalo jadi orang terlalu sabar, terlalu eling. Nanti bisa diinjak-injak orang"

"Lha memangnya kamu kecil-kecil sudah pernah merasa di injak orang? baru SMA pikirannya sudah aneh-aneh"

"Ya kan belajar dari pengalaman bude. Liat aja mama. Padahal mama sudah sabar, sudah eling tapi jadinya tetep begini. Karena terlalu pasrah makanya jatuh"


"Cah ayu, setiap orang itu pasti pernah merasakan jatuh. Kalau sudah jatuh boleh menangis, boleh merasa sakit, tapi lepas itu harus berdiri lagi yang tegak. Belajar lagi berjalan. Jangan terus-terusan takut dan menghindar"


"Yah tapi kan sekarang sudah jaman emansipasi bude. Pokoknya tetep jadi anak cewe itu jangan terlalu lemah"
Kataku. Tetap ngotot.

Dan waktu itu bude hanya tertawa kecil. "Ah ngomong sama kamu tho ya ndak bakalan ada habis-habisnya. Sudah habisin supnya, bude mau sholat dulu" begitu tutupnya sambil mengacak-acak rambutku.



Begitulah bude wanita berdarah jawa yang kental tradisi dan budayanya. Terlalu pasrah dan sabar buatku. Sabar ketika ditinggalkan suaminya untuk menikah dengan wanita lain. Sabar ketika harus di tipu uangnya untuk membuka usaha di Kalimantan.
Tapi dia juga sekaligus pribadi yang kuat dan tegar. Ketika akhirnya hidup mengharuskannya menjadi pembantu rumah tangga, terkatung-katung hidup ditempat asing dengan anaknya yang waktu itu hanya berusia 10 tahun.

Sudah lama aku tidak bertemu bude. Terakhir dia bilang akan tinggal bersama kakaknya di Sidoarjo. Samar-samar aku masih mengenali aroma asap dan minyak yang tercium ketika aku di dekapnya, dan rasa sup jagung manis kebanggaannya.
Tapi satu hal yang tak pernah terlupa, ketika masalah datang dan kaki terasa berat untuk melangkah. Masih terngiang jelas di telinga perkataannya:

Cah ayu, setiap orang itu pasti pernah merasakan jatuh. Kalau sudah jatuh boleh menangis, boleh merasa sakit, tapi lepas itu harus berdiri lagi yang tegak. Belajar lagi berjalan.



with love,