Senin, 18 November 2013

Air Putih





Tidak ada yang muluk dari segelas air putih
Tetapi engkau mempertanyakannya, seperti putri yang minta dibuatkan seribu candi dalam semalam.
-Dee, Curhat buat sahabat-

*********

Hari ini saya mendapatkan sebuah pesan singkat. Dari seorang kawan lama, yang dulu pernah menjadi sahabat karib.
Dia akan menikah. Januari tahun depan. Begitu bunyinya.
Setelah berpacaran tujuh tahun, pernikahan akan digelar.
Saya senang, karena dia senang.
Sang calon suami, tidak begitu saya kenal, hanya tau sepintas lalu.
Lagipula, siapa yang perlu tau, peduli apa tanggapan orang jika sang empunya gelar "istri" sudah bilang cinta.
Cinta yang katanya mampu membangunkan seribu candi dalam semalam.
Cinta yang katanya mampu mengubah rasa kotoran sapi menjadi coklat cadbury.
Benarkah?

Satu ketika, saya juga pernah punya mimpi yang saya lukiskan pada kanvas yang salah.
Saya menjejakkan kaki pada tanah yang belum rata.
Dan kemudian saya terjatuh.
Jatuh yang membuat saya sadar, bahwa mimpi itu salah jika mengorbankan perasaan
Jatuh yang membuat saya sadar, bahwa mimpi itu salah jika tidak ada sukacita
Jatuh yang membuat saya sadar, bahwa selama saya bermimpi, saya telah menutup dunia saya rapat-rapat dan hanya menatap ke sebuah titik yang saya pikir dulunya ingin saya gapai.
Sebegitu fokusnya saya ingin menggapai mimpi itu sehingga pada saat saya sadar, saya menemukan bahwa saya sudah babak belur.
Bahwa mimpi yang tercapai itu tidak imbang dengan apa yang sudah saya lepaskan.

Hari ini, saya berdiri dengan kaki yang lebih mantap.
Dengan mimpi yang tidak lagi muluk-muluk.
Tidak perlu lah seribu candi dalam semalam.
Tak usah mengubah apapun menjadi coklat cadbury isi almond kesukaan saya.
Cukup sebuah cinta yang mengerti bahwa bahagia itu adalah sebuah harga mahal yang belum tentu mampu dibeli semua orang. Tidak dengan dengan kekuasaan, tidak dengan uang, tidak dengan kesombongan.
Bahwa bahagia adalah sebuah rasa yang dibeli dengan ketulusan dan penerimaan, dalam sakit sehat senang dan susah.
Sebuah cinta yang tidak muluk tapi nyata.

Dan pada suatu hari, jika saya sudah menemukannya, maka akan saya belajar menggantungkan lagi. Sebuah mimpi. Yang kali ini akan lebih dewasa. Yang kali ini akan lebih realistis.
Karena akhirnya saya paham, bahwa kebahagiaan saya, adalah tanggung jawab saya. Tidak bergantung kepada siapa-siapa.
Tidak ada yang sanggup memberikannya.
Bahwa kebahagiaan itu dicipta, bukan diminta.
Dan jika bahagia ada, maka disitulah cinta.


*****

"Suatu hari Tha, elo bakalan ketemu orang yang bener-bener jatuh cinta sama elo, jungkir balik. Surga neraka. Langit bumi. Lahir batin".

Yes jo, i will :)






Senin, 04 November 2013

Lady Rain



"Kamu inget, pertama kali kita kesini, hujan turun persis dijalan ini.
Kedua kalinya kita kesini, hujan turun lagi.
Padahal sebelum-sebelumnya aku dateng kesini, ngga pernah kehujanan.
Kamu tuh kayak pemanggil hujan, tau ngga sih"
and then, he smiled.

Rasanya seperti deja vu.
Mendengar kalimat yang sama mengulang dari bibir yang berbeda.
Lady rain.
Begitu julukan yang dulu sering kau ucapkan untuk menggodaku.
Dan untuk sepotong nama dan beberapa rintik hujan itulah hari ini aku mengingat tentangmu.
Kamu yang sekarang lamat-lamat kuingat dengan sakit hati dan benci yang menggumpal seperti racun.
Tapi hari ini, ketika kalimat itu diucapkan, atas nama kenangan,
Ku biarkan sakit hati itu meluntur tersapu hujan.
Melarut dengan debu jalan yang selama ini terbiarkan menggersang.
Mungkin belum dimaafkan,
Mungkin belum terlupakan,
Tapi hari ini, kubiarkan namamu berlalu.

"Ayo kita pulang"
"Masih hujan"
"Sebentar lagi juga hujan berhenti, ayo jalan saja"
"Yakin?"
"Percaya sama aku?"
"...ya :)"
Dan sepanjang perjalanan itu, hujan berhenti





Something about blue







He likes blue sky,
His sky was me
Then someday i realize, that i'm not his sky anymore
And i'm feeling so blue at the moment
.....


Suddenly remember this quote from Christian Simamora.
One of my favorite book. Lost it when i moved to our new house five years ago.
*Sigh*