Tampilkan postingan dengan label Heart Broken. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Heart Broken. Tampilkan semua postingan

Rabu, 27 Maret 2019

Si Pemilik Topi Putih Tua



Sini, duduklah dekat-dekat
Hari ini kuceritakan padamu tentang dia,
Seorang pria yang pernah tinggal dan baru saja berlalu pergi.
Dia yang sejak dulu kuperjuangkan senyumnya. Dan kujaga tapak langkahnya.
Sebagaimana dia dulu menjagaku, meskpun dengan diamnya.

Sini duduklah dekat-dekat
Ambillah barang beberapa bongkah batu yang sedari tadi menghimpit hatiku
Membuat nafasku sesak dan mataku lalu sembap.
Karena pria yang kuceritakan tadi rupanya benar-benar pergi.
Tak bisa kulihat lagi kerutan mata karena senyumnya.

Pria tua yang selalu memakai topi putih.
Kemanapun dia melangkah, Apapun setelannya.
Topi itu tak pernah lupa
Oh ya, dan sepeda ontel kesayangannya, yang tak pernah berhasil kukendarai.

Ingatanku tentangnya, lamat-lamat mulai memudar,

Tentang dongeng-dongeng di malam hujan. Dengan bahasa ibunya yang sebenarnya jarang bisa kupahami. Tapi aku bertahan, karena dulu rupanya kelambu tua yang dipasangnya sangat menarik hati. Seperti bermain kemah-kemahan kala itu.

Tentang rotan dan lidi yang disesahkan ke kakiku. Dari situ aku belajar bertutur hormat dan sopan.

Tentang hardikan keras dan pelototan tajam matanya, mengajarkanku tentang harga diri seorang wanita yang berulang kali diingatkannya harus kupegang teguh sepanjang usia.

Tentang malam-malam dia menyetrikakan seragam sekolahku dan menungguku pulang kuliah. Dan senyum bangganya ketika melihatku menggunakan toga.

Aku menuliskan ini tentangnya, agar aku tak lupa. Kesayangku yang kujaga sepanjang usia.
Yang katanya, aku cucu kebanggannya.
Terima kasih, untuk pernah singgah...





Jumat, 20 September 2013

Senin, 19 Agustus 2013

Ferita


Jika katanya hidup ini adalah sebuah roda, maka mungkin saya sedang tersangkut ditengah-tengah porosnya saat ini.
Tidak naik, tidak turun.
Hanya berputar di tempat yang disitu-situ saja.
Dipusingkan oleh hal yang begitu-begitu saja.
Kuatir karena orang yang itu-itu saja.
Stuck. Kata orang jawa.

Rasanya seperti ingin sembunyi di dalam lemari,
Dan keluar ketika permasalahan sudah selesai.
Lalu kemudian saya di cap sebagai orang yang kurang dewasa.
Lari dari masalah.

Saya cuma ingin merasa bebas. Tidak lagi ingin terikat.
Karena disini udara hampir habis. Sesak.
Karena jika saya tetap tinggal, saya tau saya akan mati.
Lalu saya dibilang tidak bertanggung jawab.
Karena perasaan bukan mainan.
Yang dimainkan jika suka. Yang ditinggal bila bosan.
Tercampak di sudut ruangan.
Kemudian menjadi penghuni tetap gudang.
 

Katanya dadu sudah di lempar.
Angkanya sudah keluar.
Maka bidaknya harus saya jalankan. Meskipun saya tidak suka.
Karena dulu saya yang meminta bergabung.
Lalu kenapa sekarang saya berkabung? tanyaku.
Ah ya, karena saya harus tetap tinggal. Meskipun mati.
Kalian puas?
Ya.

Sejak kapan saya tidak mempunyai pilihan?
Tersesat dalam dunia yang bahkan tidak saya kenal.
Terikat dengan rantai komitment dan janji yang dulu saya belitkan sendiri karena obsesi.
Sekarang kau menyesal? tanyamu.
Tidak.
Hanya tidak bahagia.
Apakah bahkan itu lebih parah?
Tidak ada rasa.
Tidak menyesal.
Tidak juga bahagia.

Jadi bagaimana kita harus menjalaninya.
Karena dulu kita yang memulai.
Meskipun sekarang saya yang ingin pergi.
Kau memilih tetap tinggal?
Lalu apakah saya harus ikut tinggal?
Seperti orang mati yang tanpa rasa.
Tinggal hanya karena sebuah logika.
Tinggal hanya karena kau yang minta.


Kau sakit?
Aku sakit.
Hampir mati disini.
Bisakah kita tinggalkan saja?
Bolehkan?

 









Untuk sebuah kata maaf yang mungkin sangat terlambat,


Selasa, 30 April 2013

[bukan] CINTA ?


Dear,
Setau saya, cinta itu tidak membuat sakit.
Cinta itu tidak membuat kita saling tertekan, hanya karena kita masih memaksa bertahan, karena kita tidak berani mengambil keputusan, takut salah jalan.
Cinta yang saya kenal dulu, adalah cinta yang membuat saya bahagia. Tak peduli seberapa lelahnya saya.
Cinta yang saya tau itu, tidak pernah memaksa saya berubah menjadi seseorang yang bukan saya.

Dear,
Untuk mencintai kamu, saya sudah berubah menjadi seseorang yang tidak saya kenal.
Selama ini saya selalu meyakinkan diri saya untuk bersikap baik, untuk menjadi orang yang pengertian dan sabar, toleransi saya sudah seperti karet, saya ulur selebar-lebarnya.
Sampai akhirnya semua itu berbalik, seperti bumerang, menyakiti diri saya sendiri.

Dear,
Saya hanya ingin kembali menjadi saya yang dulu.
Saya yang bebas dan memiliki semua hal yang bisa membuat kepala saya tetap tegak berdiri, namanya harga diri.
Dan dengan kamu, semua itu hilang tertelan rasa toleransi saya yang saya berikan dalam dosis sangat tinggi, hanya karena apa yang dulu kita sebut cinta. Dan sekarang gantian saya yang sakit.

Dear,
Apa lebih baik, cinta itu saya kembalikan saja kepada pemiliknya?
Karena cinta yang kamu tawarkan dulu, sekarang dan katamu sampai selama-lamanya itu,
Saya...
tidak berniat lagi menyimpannya...






Sabtu, 27 April 2013

!




FUCK YOU.






Jumat, 26 Maret 2010

Berhenti.

"Saya ingin tanya sama kamu, Gy," ucap Remi. "Apakah Keenan pernah meminta buku ini dari kamu?
Kugy bahkan tak bisa menemukan suaranya sendiri. Ia hanya bisa menggeleng.
"Lalu... kenapa saya harus meminta untuk bisa kamu kasih?"

Sesuatu berhasil bergerak. Menembus kebisuan dan kebekuan yang mengunci Kugy. Sebutir air mata. 


Seolah menyentuh boneka porselen, dengan teramat halus Remi menggenggam tangan kiri Kugy, tempat cincin pemberiannya melingkar. "Apakah kamu pernah meminta cincin ini dari saya?"
Butir kedua, Dan Kugy kembali menggeleng.
"Lalu...kenapa saya yang harus minta supaya kamu mau pakai ?"

Masih dengan kehalusan yang sama, kali ini Remi menarik lepas cincin di jari Kugy. Hati-hati. "Kalau ngga begini, saya akan selalu meminta kamu mencintai saya Gy. Semua yang kamu lakukan adalah karena saya meminta. Carilah orang yang ngga perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan segala-galanya."

Bahu Kugy terguncang tanpa bisa ia tahan. "Tapi orang itu kan kamu...aku...aku gak pernah meminta apa-apa...tapi...tapi kamu kasih semuanya...."


"Iya Gy," Remi mengangguk sambil mengusap air mata di pipi Kugy "Kamu mungkin sudah ketemu. "Saya yang belum" Suara Remi mulai bergetar.
"Saya yang belum....."

- Perahu Kertas, Dee -



Saya, berhenti lari dari kamu.
Setelah berhari-hari saya mencoba kabur dari sebuah jawaban yang sudah saya hapal mati di otak saya berbulan-bulan lalu.
Saya berhenti mengelak, dan saya akan kembali menulis. Karena saya senang menulis, meskipun menulis membuat saya teringat pada kamu.

Saya lelah meminta.
Saya memang bukan seorang yang tegar, dan saya rasa kamu pasti tau semalam saya menangis dengan begitu hebatnya. Ya saya memang bukan nona semarangmu yang tegar. 

Tapi akhirnya saya kunjung mempunyai keberanian untuk mengutarakannya kepadamu, Mas-ku, apa yang seharusnya saya katakan berbulan-bulan sebelumnya, pertama kali kita bertemu.

Ya sudahlah....mungkin, memang bukan kamu, orang yang berdiri di samping saya, ketika saya memakai gaun pengantin berbunga biru itu nantinya  :)



Jumat, 19 Maret 2010

After all of this time....


 

I have been dumped
what did i do wrong ?



Senin, 08 Maret 2010

Jika Hari Ini...



Jika hari ini kamu bertanya kepada saya, masihkah menyayangimu?
Maka saya akan berkata ya.

Jika hari ini kamu bertanya kepada saya, masih ikhlaskah saya menunggumu?
Maka saya akan berkata ya.

Tapi jika hari ini kamu bertanya, masih utuhkan hati yang kemarin ku tawarkan kepadamu?
Maka jawabannya adalah, ya hatinya masih utuh.
Tapi ada sebagian sisi-sisinya yang rusak, tergerus air hujan dan lempengan logam tajam yang diterbangkan angin badai semalam.
Sebentar. Tunggulah sebentar, biar saya perbaiki untukmu.
Ya?

.........
Karena saya bukanlah kerikil tajam, yang akan melukai tanganmu ketika kau menggenggamku terlalu erat.
Bukan juga buat tomat, yang melesak hancur dan lunak.
Karena saya adalah pasir pantai, halus dan ringan.
Yang akan terbang terbawa angin jika tak pernah kau genggam.
Yang akan keluar dari sela-sela jarimu ketika kau mencengkram terlalu erat.




Senin, 08 Februari 2010

Kalau cinta....

Mengapa bosan ?



Sabtu, 02 Januari 2010

Tentang Sebuah Janji












Hei, mana bahagia yang kau janjikan kemarin padaku?
Aku.....
berniat menagihnya hari ini.