Senin, 19 Agustus 2013

Ferita


Jika katanya hidup ini adalah sebuah roda, maka mungkin saya sedang tersangkut ditengah-tengah porosnya saat ini.
Tidak naik, tidak turun.
Hanya berputar di tempat yang disitu-situ saja.
Dipusingkan oleh hal yang begitu-begitu saja.
Kuatir karena orang yang itu-itu saja.
Stuck. Kata orang jawa.

Rasanya seperti ingin sembunyi di dalam lemari,
Dan keluar ketika permasalahan sudah selesai.
Lalu kemudian saya di cap sebagai orang yang kurang dewasa.
Lari dari masalah.

Saya cuma ingin merasa bebas. Tidak lagi ingin terikat.
Karena disini udara hampir habis. Sesak.
Karena jika saya tetap tinggal, saya tau saya akan mati.
Lalu saya dibilang tidak bertanggung jawab.
Karena perasaan bukan mainan.
Yang dimainkan jika suka. Yang ditinggal bila bosan.
Tercampak di sudut ruangan.
Kemudian menjadi penghuni tetap gudang.
 

Katanya dadu sudah di lempar.
Angkanya sudah keluar.
Maka bidaknya harus saya jalankan. Meskipun saya tidak suka.
Karena dulu saya yang meminta bergabung.
Lalu kenapa sekarang saya berkabung? tanyaku.
Ah ya, karena saya harus tetap tinggal. Meskipun mati.
Kalian puas?
Ya.

Sejak kapan saya tidak mempunyai pilihan?
Tersesat dalam dunia yang bahkan tidak saya kenal.
Terikat dengan rantai komitment dan janji yang dulu saya belitkan sendiri karena obsesi.
Sekarang kau menyesal? tanyamu.
Tidak.
Hanya tidak bahagia.
Apakah bahkan itu lebih parah?
Tidak ada rasa.
Tidak menyesal.
Tidak juga bahagia.

Jadi bagaimana kita harus menjalaninya.
Karena dulu kita yang memulai.
Meskipun sekarang saya yang ingin pergi.
Kau memilih tetap tinggal?
Lalu apakah saya harus ikut tinggal?
Seperti orang mati yang tanpa rasa.
Tinggal hanya karena sebuah logika.
Tinggal hanya karena kau yang minta.


Kau sakit?
Aku sakit.
Hampir mati disini.
Bisakah kita tinggalkan saja?
Bolehkan?

 









Untuk sebuah kata maaf yang mungkin sangat terlambat,


1 komentar:

PaintingTheSky mengatakan...

tapi kan tha,
dalem lemari ada conjuring.

.....