Minggu, 16 November 2014

Kepada Tiara.



Tiara,
Mengapa seolah-olah hidup tidak pernah berpihak pada kita?
Bahkan hujan yang kuharapkan turun senja ini tak kunjung datang, hanya tinggal menyapa awan yang menggelar mendung menutup jingga.
Demi apa?
Aku tau terkadang kau merindukannya Tiara, sama seperti aku.
Tapi hidup mungkin tak menggariskan namamu dan namanya pada satu bait yang sama.
Mungkin memang bukan tulang rusuknya yang dipakai untuk memahat setiap inci pori dirimu.

Tiara,
Bukankah kita bahagia?
Karena akhirnya pada satu titik kita menemukan orang yang mencintai kita sampai jungkir balik?
Lalu mengapa masih kau simpan rapat-rapat air mata itu disudut-sudut kampung Lodtunduh?
Ku lihat masih kau simpan lekat-lekat suaran petikan gitar dibalik dinding rumah bambu itu.
Atas dasar apa?
Ah, ya. Aku terlupa
Atas nama cinta, yang dari dulu punya sebuah nama : Ben.