Rabu, 18 April 2018

H U J A N


Hujan mengingatkanku pada engkau
Pada sekelumit warna-warna terang di antara mega,
Kau selalu disana, membentangkan tanganmu lebar-lebar dibawah rinai hujan
Menyunggingkan senyum tipis dari bibirmu yang merah jambu

Hujan pagi ini membuatku terkenang
Pada gerimis pagi di bulan january
Hari itu hujan tak lagi terasa indah, titik cair yang turun perlahan seperti bisu
membuat gigil ketika tersentuh
Kau diam.
Tangan kita saling mengenggam, entah apa yang kau coba genggam
mungkinkah kau mencoba mempertahankan sebuah cerita?
cerita yang harus selesai padahal kita belum menginginkannya?

Entahlah, yang jelas gerimis pagi ini, kau tak ada disana
Kutelusuri bulir air yang mengalir perlahan, sebelum menghentak jatuh ke tanah
melesak dan membawa seribu kisah
Suatu ketika, kami pernah saling jatuh cinta

Sabtu, 14 April 2018

Sebuah Jam Weker








Dear Tiara,


Malam ini lagi-lagi aku terdampar ke masa lalu. Atas apa yang kutemukan siang ini di pusat perbelanjaan yang tadi ku kunjungi dengan tidak sengaja.

Sebuah jam weker.

Iya. Itu.

Aku ingat dulu ayah pernah membelikanku sebuah jam weker. Karena anaknya yang paling manja ini rupanya sulit untuk dibangunkan. Sebuah jam weker tua, berwarna emas dengan bunyi yang dapat membangunkan tetangga tiga blok jauhnya.
Dulu aku tidak sesenang itu. Dan bagiku itu hanyalah jam weker bukan Tiara?
Apalah yang menarik dari sebuah jam weker bagi anak berumur enam tahun kala itu?
Tapi kau tau, seperti aku mengetahuinya dengan jelas, bahwa penyelasan selalu datang belakangan. Jika saja aku tau jam weker itu akan menjadi hadiah terakhir yang ayah berikan, mungkin tak akan kusimpan dia di atas lemari tua reyot itu. Dan tak akan jatuh pecah kacanya ketika lemari reyot itu bergetar karena deringnya.

Tiara,
Bolehkah kau tanyakan padanya apa yang ada didalam pikirannya saat meninggalkanku?
Atau bisakah kau memintanya mengembalikan sedikit saja perasaan kala ayah pulang dengan muka bangga dan menyerahkan jam weker tua yang dibelinya dengan sisa-sisa uangnya malam itu?

Sehingga malam ini aku tak perlu kembali terhanyut oleh rasa,
Yang dibawa karena sebuah jam weker model antik yang akhirnya sekarang berdiri hening dihadapanku.
Tanpa rasa.
Yang deringnya membangunkan kenangan masa lalu
Yang kubeli, atas nama rindu.