Kamis, 23 Juni 2011

Day 4 - Kepada Si Preman Pasar



Saya sudah lupa, kapan terakhir kali kami jalan keluar berdua, sekedar hang out atau makan pizza paket delight yang murah meriah di senin malam yang melelahkan.
Saya sudah lupa, kapan terakhir kali dia mendengarkan saya bercerita, kapan ketika tiba-tiba pikiran saya menolak mempercayainya untuk menyimpan rahasia-rahasia saya, begitu juga sebaliknya dengan dia.
Saya sudah lupa, kapan terakhir kali kami mengkhawatirkan hal yang sama, kapan terakhir kali kami menertawakan dan menangisi hal yang sama.
Satu hal yang saya ingat darinya, adalah bahwa dia pernah mengajarkan kepada saya bahwa saya tidak bisa menyimpan orang yang saya sayangi dekat dengan saya selamanya. Bahwa suatu hari mereka akan pergi, menjalani jalan mereka masing-masing. Tapi, saya tidak pernah berpikir salah satu dari mereka adalah dia.
Karena saya merindukan caranya mengajarkan saya menjadi pribadi yang tegar, sebab baginya hidup itu keras. Dan saya merindukan cara dia memarahi saya ketika saya gagal, karena dulu saya cengeng.
Karena saya merindukan malam-malam ketika dia harus menjemput saya pulang kuliah, dengan kaos oblongnya yang kebesaran dan mp3 saya yang dipalaknya secara paksa.
Karena saya merindukan gayanya ketika mengejek saya “tuan putri” ketika saya berumur tujuh belas hanya karena saya senang memakai rok dan baju berenda, meskipun dulu saya menganggapnya sangat menyebalkan.
Karena saya merindukan ekspresinya ketika dia bimbang dan caranya bertanya “menurut kamu....”
Karena saya merindukan preman pasar kesayangan saya.
Karena saya merindukan Nie. Bukan mamanya June. Bukan juga istrinya Frets Mamondole.
Karena saya merindukan Nie. Cece kesayangan saya.
Itu saja.
Jadi, jangan berjalan sendiri. Kita jalani saja sama-sama, seperti dulu. Bisa kan?


Saya,

Selasa, 14 Juni 2011

Another Nothing

Yes!! Cuti saya di approve.
Di approve dengan muka ngga rela manager saya.
Ah... sabodo teuing.
Yang penting saya cuti
GYHAHAHAHAHAHAHAHAHA
...............



Saya yang lagi stress,

Nothing.

Baiklah.
Hari ini saya akan minta cuti.
Saya sudah lelah.
Wish me luck dear :)





Rabu, 08 Juni 2011

Day 3 - Simple As Shown

Talking about parent, and i have no idea what to talk about. Menuliskan mereka seperti menjelaskan cara merakit pesawat ulang alik sambil menyebutkan satu per satu tahap membuat sate kambing. Hal yang tidak bisa saya lakukan sekaligus. Singkat kata, kehidupan keluarga saya bisa di resume menjadi dua kata saja : mereka berpisah. Dan seperti inilah saya harus menuliskan mereka , secara terpisah.
Saya tinggal bersama mama, yang nantinya akan menjadi karakter utama dalam tulisan saya kali ini. Dan jarang bertemu dengan papa saya karena dia sangat sangat sangat sibuk. Oleh sebab itulah saya tidak memiliki banyak hal yang bisa saya ceritakan tentangnya. 
Mama saya, pada dasarnya adalah tipe wanita yang lembut hatinya. Kalau marah, ngga bisa lebih dari dua jam, suka bilang mau kabur dari rumah kalau anak-anaknya ngebantahin omongannya tapi ngga pernah kejadian. Dan  jika boleh saya bilang, mama masih menyimpan sedikit sikap childishnya yang dibawanya sampai sekarang. 
Kamu tau, mama saya paling suka menyanyikan lagu Nia Daniaty sambil masak rendang ikan tongkol. Paling doyan makan KFC, dan kalau jalan ngga bisa ngga menggandeng lengan atas orang disampingnya. Dia menurunkan kepada saya matanya yang bagus, pupil dengan sedikit campuran berwarna coklat dan bulu mata yang panjang, menurut beliau itu warisan dari neneknya mama yang merupakan orang pribumi asli kalimantan dan dipercaya suka makanin orang.
Mama, wanita paruh baya diakhir 40an. Kalau tertawa akan nampak kerutan-kerutan halus di sekeliling matanya (dan dengan alasan itulah dia meneror saya dengan cream anti aging berbagai merk) yang bagi saya terlihat sangat manis. Sangat berjiwa muda, sehingga baru-baru ini dia minta ditemenin ke salon buat keriting digital *yang saya balas dengan pandangan : hellohhhh..maksud loeeeh??*
Saya sering nge-date dengan mama, hanya berdua. Ntah makan es krim sundae di jalan jendral urip, minum lemon tea sambil kongkow ala abege, atau keluar masuk toko untuk sekedar beli kaos lucu. Dan setiap kali kami keluar bersama, orang-orang pasti akan melirik dengan iri, karena mama dan saya lebih terlihat seperti teman ketimbang ibu dan anak. Tapi kami juga sering berantem karena hal-hal remeh,ya  tentang giliran mengantar adik-adik saya kesekolah,ya  berebut remote TV, sampai ketidaksukaannya dengan hobby saya menonton drama korea hanya karena alasan “ih cowo kog dandannya kayak cewe, ngga mendidik ini”.
Terkadang saya suka tidak mengerti, tentang sosok ibu yang biasa diperankan di tivi-tivi, yang lalim, yang suka menggagalkan hubungan anaknya, yang suka aneh-aneh. Begitu rumit. Karena hubungan saya dengan mama begitu sederhana. Bagi saya, mama lebih seperti seorang sahabat. Seseorang yang dengannya saya tumbuh bersama. Seseorang yang bersama saya melewati masa-masa sulit dalam hidup. Dia yang bergantung kepada saya, dan saya yang tidak bisa hidup tanpanya.

Sesederhana itu namanya bahagia....
 
It's me,

Selasa, 07 Juni 2011

Day 2 - Cantik Betul



Setelah melihat arsip-arsip blog saya yang dulu, saya baru nyadar kalo dari bulan February saya cuman nge-post satu postingan tiap bulannya. Dibutuhkan satu bulan buat ngepost dari day 1 ke day 2. Maka menurut hemat saya, maka program 30 days of writing ini bakalan kelar dalam kurun waktu kurang lebih 30 bulan alias dua setengah taon wkwkwkwkwk..
Ah tapi biar deng, pan kata orang alon-alon asal kelakon.
Dan mari kita mulai, day 2. Talking about my crushed.
**********************************************************
Jadi saya pernah kenal, dengan seorang IT yang bertugas membuat program di perusahaan tempat saya bekerja dulu. Waktu itu saya baru lulus SMA, pertama kalinya saya bekerja. Lucky me, empat bulan setelah saya diterima, perusahaan memutuskan mengupgrade program penjualan yang lama menjadi lebih efektif. Dan disanalah saya bertemu dia.  Namanya simon, umurnya 20 something, otaknya encer dan senyumnya mematikan. Ngga ada yang bisa menarik saya lebih dari pada seorang yang berotak encer tapi ngga sombong, dan Simon? Jelas, dia memenuhi semua kriteria yang disebutkan. Ditambah bonus dia punya senyum cemerlang. Secemerlang sinar matahari pagi *preeeeeeeeet...*
Seminggu selang dia bolak-balik ke kantor saya, kami mulai terbiasa ngobrol-ngobrol ngga penting yang berujung “yuk-makan-siang-sama-sama”. Dia bertanya bagaimana rasanya pertama kali bekerja, menceritakan cerita-cerita lucu waktu dia mulai bekerja pertama kalinya, dan kami saling bertukar rahasia barang-barang norak apa yang pertama kali dibeli dengan gaji pertama. Minggu-minggu yang bikin mesem-mesem sebelum akhirnya saya menyadari, ketika dia dengan manisnya menopang dagu malas sambil tangan sebelah mencet-mencet tombol komputer dengan ngga jelas. Sebuah cincin putih berkilau-kilau di jari manis? Wait..wait.. jadi?? Darn!! He’s taken
Rasanya seperti jatuh dari tempat tidur ketika sedang bermimpi jadi bos gudang coklat ngga sih cyiiinnnn?
Jadi begitulah, karena saya dari kecil orangnya cerdas (baca : suka mau tau urusan orang) *ini kata mamah saya loh ya*, akhirnya dengan nekat saya tanyain juga “Koh, kokoh ini sudah married rupanya ya?” saya tanyakan lengkap dengan gaya sengaja ngelirik-ngelirik cincin di jari manisnya dia.
Dan kemudian dia jawab, dengan senyum khasnya “Oh iyaaa..saya belum cerita rupanya ya? Begini-begini anak saya sudah satu loh, namanya Celilla, persis mamanya cantik betul.”
What?? Apa tadi itu?? Persis seperti mamanya?? Cantik betul???
Really truly double preeeeeeett.
Sungguh bikin iri bukan kawan-kawan? Maka sejak itulah saya memutuskan, ceritanya berakhir sampai disitu. Naksir-naksiran 17 tahun saya, selesai ketika kalimatnya berakhir...cantik betul. 


PS : Sekedar informasi, kalo ada yang pengen tau seberapa cemerlang senyumnya simon, hampir mirip dengan senyumya kim bum. Apa ngga tau kim bum? Sok atuh searh di google, yang main film Boys Before Flower ituloh..sudah dapat? Nah..tau kan sekarang seberapa tinggi selera saya? 
*Pembaca serentak berseru : Preeeeeeeeeeeeeeeet...*