Kamis, 26 November 2009

Kalau sudah jatuh....


Rumah itu sudah sangat tua ketika pertama kali aku melihatnya.
Nampak seperti bekas penginapan tua yang tak lagi terpakai dengan deretan jendela-jendela lebar yang tak berkaca.
Meninggalkan kusen-kusen kayunya yang berlumut dan berbau apak.
Membuat orang yang lewat dapat melihat jelas ke dalam kamar berpintu coklat yang sengaja ditempelkan gambar-gambar pemandangan hasil jepretan apa adanya dari kalender tahunan.
Cucian setengah kering tergantung lewat seutas tali nylon yang rajutannya sudah terlepas disana-sini. Di sudut sebelah kiri tergantung sebuah lampion cina tua berwarna merah. Besar dan berlubang dimana-mana.

Pekarangannya yang sempit di hiasi bunga-bungaan kecil yang ditanam di sepanjang setapak jalan masuk.
Berharap untuk memperindah halaman yang akhirnya sia-sia karena ketika hujan turun, pekarangan tersebut akan segera terendam banjir yang membuat bunga-bunga kecil tersebut layu dan menjadi satu-satunya tanah kering yang diinjak-injak orang.

Bude.
Begitu saya sering memanggil wanita paruh baya yang tinggal dirumah itu. Bude tinggal sendirian, anaknya semata wayang, Astrid, yang selama ini merawatnya sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di Medan.
Terkadang saya menjenguknya. Hanya sekedar untuk mendengarkan cerita-ceritanya dan mencicipi sup jagung manis hangat buatannya.


"Jadi anak perempuan itu harus lemah lembut, baik tutur katanya, sopan prilakunya. Harus sabar dan eling,nanti orang yang melihat juga akan senang" begitu nasihatnya di suatu sore yang mendung.

"Ya ndak selalu seperti itu bude"
sergahku cepat. "Kalo jadi orang terlalu sabar, terlalu eling. Nanti bisa diinjak-injak orang"

"Lha memangnya kamu kecil-kecil sudah pernah merasa di injak orang? baru SMA pikirannya sudah aneh-aneh"

"Ya kan belajar dari pengalaman bude. Liat aja mama. Padahal mama sudah sabar, sudah eling tapi jadinya tetep begini. Karena terlalu pasrah makanya jatuh"


"Cah ayu, setiap orang itu pasti pernah merasakan jatuh. Kalau sudah jatuh boleh menangis, boleh merasa sakit, tapi lepas itu harus berdiri lagi yang tegak. Belajar lagi berjalan. Jangan terus-terusan takut dan menghindar"


"Yah tapi kan sekarang sudah jaman emansipasi bude. Pokoknya tetep jadi anak cewe itu jangan terlalu lemah"
Kataku. Tetap ngotot.

Dan waktu itu bude hanya tertawa kecil. "Ah ngomong sama kamu tho ya ndak bakalan ada habis-habisnya. Sudah habisin supnya, bude mau sholat dulu" begitu tutupnya sambil mengacak-acak rambutku.



Begitulah bude wanita berdarah jawa yang kental tradisi dan budayanya. Terlalu pasrah dan sabar buatku. Sabar ketika ditinggalkan suaminya untuk menikah dengan wanita lain. Sabar ketika harus di tipu uangnya untuk membuka usaha di Kalimantan.
Tapi dia juga sekaligus pribadi yang kuat dan tegar. Ketika akhirnya hidup mengharuskannya menjadi pembantu rumah tangga, terkatung-katung hidup ditempat asing dengan anaknya yang waktu itu hanya berusia 10 tahun.

Sudah lama aku tidak bertemu bude. Terakhir dia bilang akan tinggal bersama kakaknya di Sidoarjo. Samar-samar aku masih mengenali aroma asap dan minyak yang tercium ketika aku di dekapnya, dan rasa sup jagung manis kebanggaannya.
Tapi satu hal yang tak pernah terlupa, ketika masalah datang dan kaki terasa berat untuk melangkah. Masih terngiang jelas di telinga perkataannya:

Cah ayu, setiap orang itu pasti pernah merasakan jatuh. Kalau sudah jatuh boleh menangis, boleh merasa sakit, tapi lepas itu harus berdiri lagi yang tegak. Belajar lagi berjalan.



with love,


13 komentar:

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

nice post, tha.. :)
kisah wanita yg tegar.. kasian budhe, sekarang gimana kabarnya tha? tapi bener2 bagus pesannya..
kamu juga harus bisa tegar loh tha, minimal seperti budhe.. hehe..

Arman mengatakan...

very good quote yang terakhir itu! :)

Tha..^^ mengatakan...

@ Pohon : gatau..udah lama gak kedengeran kabarnya bude hiks hiks

@ Arman : lah jam segini masih bangun ko?

wempi mengatakan...

postingan yang mantap...

-Gek- mengatakan...

Benar itu. Kalau jatuh harus bangun lagi, dan tidak berhenti belajar. Kata orang, Life is a journey not a destination.. :)

Pucca mengatakan...

iya, bagus pesan si bude, bacanya jadi berkaca2..
tapi gua setuju ama lu tha, jadi cewe gak selalu harus sabar (btw, eling itu apa sih?) sekali kali kita juga bisa marah, dan harus memperjuangkan hak2 kita.. hidup cewe! hahaha :D

Tha..^^ mengatakan...

@ Wempi : thx wemp ;)

@ Gek : setuju sama gek d^^b

@ Pucca : eling itu kalo gak salah inget itu taat (sama Tuhan) sama bude lebih diterjemahkan pasraaaaaaaaaah :D

mr.snugglemars mengatakan...

iya gitu cah ayu..

ayo berdiri,
udah jangan nangis,
nanti oom beliin es krim banyak ..
cup cup.. :P

Ninneta - MissPlum mengatakan...

nice post.... apa yang nggak membunuhmu hanya akan membuatmu semakin kuat.....

salam kenal ya,

ninneta

Yuliana-Fun mengatakan...

wuah nice post tha.. jangan pernah nyerah!

Ello Aris mengatakan...

Cerita yang memberikan inspirasi, good! Aku salut ma tokoh nenek ini,,,

heLga Gaga mengatakan...

puisinya bagussss

sampai sampai saya ga mudeng artinya apaan

hehehe
pisss

naki mengatakan...

tha , gw jadi pengen makan sup jagung manis hangat nihh