Selasa, 06 Oktober 2009

Teh Panas Tadi Malam

"Teh panas?" dahi mama saya mengernyit. "Sejak kapan?" tambahnya.
Begitulah tanggapan darinya ketika melihat cangkir kosong di meja makan pagi ini.
Selama ini saya tidak pernah menyukai minuman panas yang lain selain susu cokelat. Cokelat itu hangat, menenangkan perasaan. Tidak sama halnya dengan teh dan kopi.

Saya benci rasa kopi, meskipun saya sering berlama-lama menikmati wanginya yang khas ketika mama menyeduhnya.

Malam tadi, saya insomnia. Dan setelah terdiam beberapa jam dengan buku yang terbuka tak terbaca, akhirnya saya memutuskan untuk menyeduh teh. Duduk di dapur yang gelap dan mendengarkan musik dari gerimis yang turun mengetuk-ngetuk atap. Larut dalam pemikiran yang membawa saya semakin sulit terlelap.

Pikiran itu datang lagi.
Sudah bermalam-malam pikiran ini berputar-putar di kepala. Seperti kabut yang membentuk selaput, semakin dipikirkan, semakin resah.
Saya sudah berusaha berkorban banyak untuk kamu. Saya sudah berusaha berlari, kamu tau?
Bukan untuk saya. Untuk kamu. Tapi sepertinya itu pun tidak cukup.
Saya tidak marah, hanya sedikit resah.

Gerimisnya sudah berhenti, tehnya sudah dingin.
Dan saya tertidur di dapur. Malam tadi.




3 komentar:

Arman mengatakan...

padahal gua mau komen, kalo gak bisa tidur jangan minum teh, ntar malah gak bisa tidur.
eh ternyata lu malah ketiduran abis minum teh... hahaha.

itkas mengatakan...

wah, cocok banget ama lagunya Kotak- Masih Cinta..., btw, masih cinta gak?

Pucca mengatakan...

teh panas kan enaaak :D kalo kopi juga gua gak minum. kasian amat ketiduran di dapur :)