Senin, 17 Mei 2010

Pelacur.

Ya, saya tau. Mungkin ada sebagian dari kalian yang membacanya akan mengerutkan kening dan berpikir mengapa saya tidak menggunakan kata yang lebih halus untuk sebuah judul postingan. Mungkin ada juga sebagian yang tersenyum dan berpikir saya adalah seorang remaja labil yang sedang emosi ketika menuliskan postingan ini...
Yah tetapi begitulah mereka memanggilnya ...... : Pelacur!! 
Tidak di perhalus menjadi pramuria, tidak dengan merendahkan suara atau berbisik, melainkan diucapkan dengan suara lantang dan intonasi sinis : Pelacur!!

Kita panggil saja dia Nina. 2 tahun lebih tua dari saya, adalah tetangga saya di tempat tinggal kami yang dulu, daerah yang adem dan menyenangkan dengan sawah yang membingkai, sebelum akhirnya tanah tempat tinggal kami terlibat sengketa dengan sebuah bank dan orang-orang mulai menjual rumahnya dengan harga rendah, ditawarkan kepada para peminum dan penjudi yang akhirnya menjadikan daerah itu kumuh dan area favorit penggerebekan para polisi.
Nina, sejak lulus SMP tidak melanjutkan sekolah lagi, karena keterbatasan biaya, karena abangnya yang penjudi, karena tidak ada satupun keluarganya yang bisa diharapkan, dan banyak lagi karena... karena... lainnya.
Dia menikah diusianya yang masih sangat muda, melahirkan dua orang anak manis yang terlalu cepat dewasa pada umurnya dan bercerai dengan suaminya karena sering dipukuli dan tak rela dimadu. Dan ya, dia memang berprofesi sebagai seorang pelacur.

Nina sering bermain kerumah saya, berbaring-baring di dipan rumah, mencuri jambu biji yang ditanam nenek jika kebetulan nenek saya belum pulang dari berjualan pisang goreng. Dia sering tertawa, bahkan ketika seorang ibu-ibu gendut yang menyeramkan mendatangi rumahnya dan mengancung-ancungkan sapu di depan pintu, Nina hanya cengengesan dan bersembunyi di balik kamarnya. Dia banyak menceritakan hal-hal lucu dan berbicara dengan sangat cepat.

Pernah suatu kali saya bertanya kepadanya mengapa tidak mencari pekerjaan lain yang lebih baik, yang lebih dihormati orang. Dan dia hanya tersenyum getir dan menjawab :

"Pekerjaan baik apa yang bisa di dapatkan orang yang hanya lulusan SMP, yang gajinya cukup untuk menghidupi dua orang lansia yang sudah sakit-sakitan, tiga anak balita yang mesti diberi sekolah dan susu, seorang kakak ipar dan abang yang bahkan suka menjual beras dirumah jika kalah main judi? 
Pekerjaan baik apa yang bisa memberikan uang cukup jika tiba-tiba bapak saya terkena stroke lagi dan dokter di rumah sakit ngga mau bergerak hanya karena aku ndak punya cukup duit buat bayar kamar?
Biar saja ndak di hormati orang, biar saja dikatain orang, mereka yang ngatain aku sekarang juga dulu ndak bantu aku, 
sebelum aku melacur, waktu aku minjam duit buat ongkos rumah sakit bapakku, semua orang ribut bilang ndak ada duit, sekarang waktu aku ndak perlu minjam duit lagi sama mereka, semua orang ribut ngatain kerjaan aku ndak benar."


Sekarang....
Bolehkah menunjukkan kepada saya, mana yang baik? mana yang tidak baik?
Sekarang...
Siapa yang berani mengancungkan tangannya tinggi-tinggi dan berkata bahwa dia adalah orang paling baik, yang melakukan hal-hal benar, yang selalu mengucapkan hal-hal yang tepat?




11 komentar:

k.s.p. mengatakan...

what a life..

now i know why God easily forgive people like them.. and i completely agreed with God..

luckily i already know why God hate people who make others to suffer..

that's why i'm proud to have such a God.. our Lord Jesus Christ.

Yuliana-Fun mengatakan...

katakanlah kita jauh lebih beruntung dari mereka yang terpaksa mengambil jalan tersebut. semoga ada suatu saat dimana mereka bisa meninggalkan jalan tersebut dan memulai kembali hidup yang baru.

Pucca mengatakan...

yah.. mana ada sih cewe yang mau jadi pelacur tha....
gua juga gak bisa bilang gua akan lebih baik dari dia kalo gua dihadapkan pada persoalan yang sama.. gua cuma merasa lebih beruntung..

Philida Thea mengatakan...

waah baca tulisanmu ini bikin aku makin bersyukur..
Mudah-mudahan kita masih terus memiliki iman dan terus dibimbing oleh Tuhan agar bisa terus menjauhi larangan-Nya.. :)

presyl mengatakan...

mungkin, yg ia lupa, berdoa sama tuhan.
jadinya memilih pekerjaan seperti itu..
dan jadinya tuhan juga males bantu klo ia sendiri ga minta

Arman mengatakan...

ironis emang...

tapi menurut gua (bukan berarti gua bilang kalo gua adalah orang yang paling baik ya, ini hanya pendapat pribadi), dengan menjadi pelacur itu tetep gak bener. itu adalah mencari jalan pintas.

kondisi yang dijadikan alasan itu pun tetep hanya alasan, dan tidak berarti menjadi pembenaran.

sekarang, apakah dengan kondisi punya ortu yang sakit2an, punya anak 3 orang, abang yang males2an trus jadi benar kalo orang itu menjadi perampok misalnya? atau jadi pembunuh? jadi maling?

apapun kondisinya, apapun alasannya, kalo namanya jadi maling ya tetep aja salah...

pekerjaan halal emang mungkin dapetnya gak sebanyak yang haram. tapi itu namanya etika. itu namanya moral. semua orang juga pengen dapet uang banyak dalam waktu singkat. tapi apakah berarti boleh untuk menghalalkan segala cara?

wah bisa kacau dunia ini kalo boleh begitu ya... :D

rid mengatakan...

yang penting jangan menghakimi seseorang karena pilihan hidup yang mereka buat. baik ato buruk, pasti ada alasannya walaupun kadang tidak masuk akal buat kita

itkas mengatakan...

apakah nina bahagia dengan pekerjaannya? pasti tidak, yang dia butuhkan adalah uang, sama seperti kisahnya shelley lubben. Ya... pasti semua orang butuh perhatian.
Apakah Nina bisa mendapatkan kasih sayang dari lelaki yang mendatanginya?
pasti tidak, yang mendatanginya hanya butuh tubuhnya untuk kemudian diberi imbalan.
Yup... berdoa saja, semoga dia bertobat dan hidup bahagia :)

Ello Aris mengatakan...

Pilihan emang sulit. Bersyukurlah, kita memang masih beruntung!

Sangat, amat!

tha mengatakan...

memang katanya teori itu lebih mudah diucapkan daripada perwujudannya yah...tapi saya setuju, ngga ada alasana apapun bagi seseorang untuk melakukan hal yang ngga baik...
Semoga suatu hari nina sadar yah :)

shilda mengatakan...

legalkan profesi pelacur!! hehehe
jadi ingat tante dewi tetanggaku dulu, pelacur sukses yang mempunyai beberapa ruko dan toko. dan setelah di sukses juga itu tidak membuat dia berhenti melacur. hanya level pekerjaannya menjadi lebih tinggi saja. pelajtur elit.