Ketika Kau Disana

Sepintas lalu ingatan itu kembali mengusik di heningnya pagi. Bulir bening yang jatuh pada kelopak putih, seperti bom waktu yang membuka kembali gerbang khayalku. Kenangan itu memburu, menyergapku seperti candu. Bom waktu yang terjatuh memaksa ingatanku berlari mendapatkanmu sebelum akhirnya aku terhempas dari masa lalu dan kembali kepada dunia nyata yang terasa terlalu asing tanpamu.

Kutemukan kau disana, sunyi. Menyatu dengan dinginnya udara malam itu. Berbicara dengan gemintang yang sekarang terlalu jauh dari gapaiku. Tangan kita yang saling menggenggam mengisahkan cerita yang bahkan telah usai sebelum kita sempat memulainya.
Mungkin bukan aku, yang dapat menghentikan waktu berjalan agar bintang itu dapat kau simpan. Perahu cadikku terlalu kecil untuk dapat kuayuh mengejar mentari. Memintanya untuk sekedar mengalah dan berhenti berlari.

Mungkin memang harus selesai cinta itu kukisahkan. Sudah habis tinta biru dicoretkan untuk sebuah soneta. Dengan ini pula, telah habis sebuah cerita, cerita tentang suatu ketika kulihat kau duduk disana...