Jumat, 14 Desember 2007

_=S A N D R A=_


Sandra..Jika ingat sandra aku akan teringat pada coklat.
Sandra adalah seorang anak baru di kelas sekolah mingguku. Umurnya baru 4 tahun. Jika mau dibandingkan dengan teman-teman sebayanya, sandra memang terlihat lebih "berkilau". Gerejaku adalah sebuah gereja kecil, anak-anak yang datang pun kebanyakan bukan berasal dari keluarga yang berkelimpahan. Maka dari itu sandra aku katakan sedikit lebih berbeda. Dari penampilannya tampak sekali dia adalah anak yang berasal dari keluarga yang cukup berada. Setiap kali datang dia selalu memakai pernak-pernik lucu khas anak-anak yang membuat teman-temannya memandang dengan mupeng (hihi..). Dan lagi sandra selalu ditemani oleh pengasuhnya. Hal yang jarang di dapatkan di kalangan anak-anak lainnya di gereja.

Satu hal yang menjadi kebiasaan sandra, usai sekolah minggu sandra selalu membeli sebatang coklat dari toko sebelah. Coklat yang akan dimakannya selama perjalanan pulang.
Aku sangat suka memperhatikan sandra. Mungkin dari teman-temannya, aku lebih menilai putri kecil ini. Aku sangat ingin memastikan bahwa hidupnya yang serba berkecukupan tidak membuatnya bertumbuh dengan keangkuhan. Tapi ternyata tidak, putri kecil ini menunjukkan padaku bahwa aku dapat mempercayainya.

Hanya saja ada beberapa hal yang mengganjal, sandra selalu mengalami kesulitan berdoa. Setiap kali aku berkata,"mari kita berdoa.." maka anak-anak yang lain akan melipat tangan mereka dan menutup mata. Tetapi tidak dengan sandra, yang ia lakukan hanyalah menutup mukanya dengan tangan kecilnya, sementara bola matanya bergulir diantara jemarinya dan memperhatikan teman-temannya yang sedang berdoa..
Satu lagi..Sandra selalu saja menyebut persembahan itu sebagai SUMBANGAN.
Sumbangan teman-teman.....sumbangan...bukannya persembahan tapi sumbangan.
Entah sudah berapa kali kujelaskan tapi dia tetap ngga mau mengerti. (sampai sekarang dia masih memakai istilah sumbangan)

Suatu hari sandra kecilku lupa membawa uang persembahannya. Saat persembahan hendak dijalankan, dia menghampiriku dengan muka yang hampir menangis dan mengatakan bahwa ia lupa membawa "uang sumbangan"nya. Aku berusaha menenangkannya tapi ia malah menangis dan minta digendong. Jadilah akhirnya pengasuh sandra yang menjalankan persembahan. Saat kantong persembahan tiba di depanku, tangan sandra terjulur dan ia memasukkan uang jajannya ke dalam kantong persembahan...
Saat aku bertanya kenapa ia melakukan hal itu dia berkata sambil sesenggukan
"Tiap pagi mami selalu kasi' sandra uang 2 lembar buat beli coklat. Kata kakak (pengasuhnya) selembar bisa beli 2. Jadi selembarnya lagi sandra kasiin buat Tuhan Yesus beli coklat juga. Hari ini sandra bawanya cuma selembar"
"Jadi ?" tanyaku
"Jadi buat Tuhan Yesus aja. Sandra beli coklatnya besok aja" ujarnya sambil meneteskan air mata.

Guys..selama ini aku mati-matian protes kepada sandra tentang istilah "sumbangan"nya itu. Tapi kemarin Tuhan mengajarkanku bahwa bukan sebutannya yang membuat persembahan itu diterima oleh Tuhan, tapi hati yang memberilah yang membuat persembahan kita jadi indah..

Pulangnya aku membelikan sandra sebatang coklat. "Kog di kasi coklat?" tanyanya dengan lugunya..
"Tuhan bilang terima kasih sama sandra, jadi titip kak eta bagiin coklatnya buat sandra" jawabku.

Terima kasih Sandra kecilku...

3 komentar:

jacobsaputra mengatakan...

WOW LUAR BIASA!!!
Ceritanya bagus banget, sangat memberkati.. Palagi bahasa yang disampaikan penulis buat kita larut dalam ceritanya.. :)
Dari cerita ini yang adalah Cerita Nyata, membuat kita belajar akan arti kemurnian hati. Bukan berapa besar yang kita buat tapi berapa besar cinta yang kita taruh dalam perbuatan itu...
" Love begins at home... It is not how much we do, but how much love we put in that action..."

Ika Devita Susanti mengatakan...

eta.. bagus bangeettt!!!! i like your story:D:D

Cyntha mengatakan...

ahhhhh...bagus bangeeett. akyu terharuuu :(