Selasa, 09 November 2010

Standing Tall



Surat terbuka untuk kamu, yang hari ini mengungsi di pondok-pondok terpal. Dengan hujan abu dan angin berdebu yang memutar-mutari tiang pancang tenda yang meneduhi kepalamu.

Surat terbuka untuk kamu, yang hari ini masih diam menunggu makanan sampai ke rumah-rumah singgah, dengan pakaian setengah basah di teras, mencari-cari ibu yang hilang diseret arus air yang datang malam tadi.

Surat terbuka untuk kamu, di barat dan timur, selatan ataupun barat daya, yang merintih meminta air, yang menangis menunggu panas.

Surat terbuka untuk kamu, si hitam, putih, kuning, abu-abu. Si kriwil, lurus, ikal, pendek, gendut, dan jangkung, yang hari ini menumpang di bantal lembap dan keras, di lantai-lantai teras rumah sakit, beringsut-ingsut agar terhindar dari hempasan air hujan yang menitik dari kanopi abu-abu.

Surat terbuka untuk kamu, yang malam ini tidur diatas selembar kardus bekas, di kursi plastik biru panjang, rela menjadi santapan nyamuk malam yang meradang kelaparan, demi seorang bapak yang tinggal ditanah berangin abu, berhutan arang.

Untuk seorang ibu, untuk seorang anak, untuk seorang kakek, untuk seorang ayah, untuk seorang oma, untuk seorang tante, untuk seorang tulang, untuk seorang bude dan untuk seorang mama.
Terima kasih untuk tetap bertahan,
Terima kasih untuk menjadi sosok panutan,
Terima kasih telah mengajarkan untuk tetap berdiri tegar.
Terima kasih untuk sebuah kata : "harus berdiri lagi"




NB : Dituliskan untuk korban gempa dan letusan gunung merapi. Turut berduka untuk keluarga bude yang ditinggalnya pergi. Akan ada seseorang yang selalu merindukan sup jagung bude.


1 komentar:

Arman mengatakan...

ikut berduka cita ya tha...