Hah!!!!!!!!!!!!! Keseeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeel!

Saya ingat dulu, satu-satunya anggota keluarga yang paling akrab dengan saya adalah papa. Dulu papa saya adalah seorang supir truk yang muda dan sederhana. Setiap sore sepulang kerja, kadang jika cuaca sedang bagus, dia akan mengajak saya memutari alun-alun kota, berdua, dengan truknya yang berbunyi seperti genset. Dan saya akan pulang dengan menenteng sebuah balon hijau sambil bernyanyi-nyanyi senang. Ya, ironisnya sewaktu kecil saya sangat tergila-gila dengan balon berwarna hijau. Bukan merah muda
Ada suatu hari, waktu kami sedang memutari alun-alun papa membelikan saya sebuah permen raksasa, warnanya merah muda dan langsung hilang ketika sampai di mulut.
"enaaaaaak sekali".
Begitu ceritaku pada mama waktu itu, dan mama sambil tersenyum berkata : "kog ngga dibawa pulang buat mama? gak sayang yah sama mama?"
Dan saya ingat, hari itu saya tertidur dengan hati yang super sedih, hanya karena merasa bersalah dan kasihan tidak membagi permen raksasa itu dengan mama.
Beberapa hari kemudian, ketika kami lagi lagi kembali ke alun-alun, papa membelikan saya kacang rebus seharga lma ratus rupiah, dibungkus kertas koran yang dilipat menyerupai kerucut.
Kaacang rebus itu saya sisakan separuh, saya bawa pulang untuk mama. Papa hanya bisa tertawa
"habiskan saja, lain kali kita belikan buat mama" begitu katanya.
Tapi saya keras kepala. Waktu itu, bagi saya kacang rebus yang sudah tinggal separuh itulah bukti cinta saya untuk mama.
Ya sesederhana itu.