Selasa, 29 Oktober 2013

Surat kepada Sang Ballerina





Tiara,
Pernahkah kamu merasa begitu mencintai seseorang?
Pernahkah pada suatu waktu, ada seseorang yang pernah menjadi poros duniamu?
Dan ketika harapanmu sedang membumbung tinggi,
Ketika mimpi sudah dibekukan dalam botol-botol kristal,
Tiba-tiba saja dia pergi.
Seperti uap yang menguar dari teko panas.
Mengepul, lalu melebur.

Tiara,
Saat ini aku sedang menghitung,
Satu per satu mereka yang sedang beranjak pergi,
Pergi jauh-jauh, karena duniaku sedang keruh.
Sedikit sekali yang ku temukan bersisa.
Mungkin kau salah satunya, karena itulah satu-satunya alasan aku menuliskan surat ini kepadamu.

Tiara,
Aku ingin pergi.
Rasanya seperti aku sudah siap mengepak koperku dan menyeretnya kemana pun.
Tempat dimana matahari bersinar lebih lama daripada disini yang mendung dan berangin.
Tapi lagi-lagi alasan itu memintaku untuk tinggal.
Tinggal untuk dia yang masih ingin kupanggil cinta.
Menunggu sedikit lebih lama.
Entah untuk apa.
Mungkin sebagai pembuktian, 
mungkin sebagai penantian, 
mungkin menunggu penyesalan.
Hingga akhirnya nanti rasa itu hilang,
digerus hujan kuatir dan gelisah yang bergantung resah di ujung rasa.









Tidak ada komentar: