Selasa, 05 Oktober 2010

Catatan Dua Puluh Satu


Suatu kali, saya benar-benar berharap ketika saya membuka mata pagi itu, saya berumur 70.
Mempunyai anak-anak dan cucu, tinggal di pedesaan yang tenang, rumah yang hangat dengan halaman yang luas yang saya tanami banyak bunga matahari dan lily putih.
Saya akan menjahit beberapa taplak meja, dan memanggang beberapa kue, teman minum teh sore. Tidak perlu bekerja, dan membayar uang kuliah.
Tidak perlu setengah mati mengatur keuangan agar cukup untuk membagi uang SPP, listrik yang tertunggak dua bulan, dan adik kelas satu SMP yang merengek minta sepatu sekolahnya di ganti.

Suatu kali, saya pernah berharap, jika malam ini lewat, maka saya bisa kembali ke masa dimana saya berumur 5 tahun. Bahagia hanya dengan bola karet warna pelangi dan kue jahe yang dicelupkan dalam gelas susu. Tidak perlu terbebani dengan perasaan sentimentil khas anak ABG karena naksir dengan kakak kelas bintang basket yang bahkan nama saya pun dia tidak tau.

Suatu kali, ketika saya berumur sebelas, saya benar-benar ingin berumur 20. Maka saya bisa bekerja, punya cukup uang untuk membeli jepit rambut dan cologne wangi seperti punya kakak saya. Oh ya, dan tidak perlu lagi diantar jemput mama. Pada saat itu, saya pasti sudah bisa mengendarai sepeda motor dan mungkin memiliki beberapa teman yang sudah cukup umur untuk memiliki surat ijin mengemudi secara legal.
Dan tidak perlu memusingkan dua halaman pe-er matematika, dan tema lomba pidato saya, dan jerawat yang mulai muncul, dan menstruasi yang belum lancar.

Hari ini saya berumur dua satu, dan saya tidak lagi ingin berumur tujuh puluh atau lima tahun atau bahkan sebelas.

Karena, hari ini saya berumur dua puluh satu, dan masih tetap diantar jemput oleh mama saya, karena hari ini kami hanya memiliki satu sepeda motor, dan dari itu, saya belajar mengasihi.
Karena, hari ini saya berumur dua puluh satu, saya masih mati-matian mengatur keuangan saya, untuk membayar tagihan-tagihan, uang kuliah, dan sepatu sekolah baru, dan dari itu, saya belajar berbagi.
Karena hari ini saya berumur dua puluh satu, dan masih memusingkan skripsi dan kertas-kertas kerja, dan dari itu saya belajar mengurai masalah satu per satu.
Karena hari ini saya berumur dua puluh satu, masih berjerawat satu dua dan dari itu saya belajar bersyukur karena saya sehat.
Karena hari ini saya berumur dua puluh satu, dan masih belum mengerti tentang pacar saya yang akhir-akhir ini suka sok jual mahal males neponin saya, dan dia yang jarang datang, dan hubungan kami yang sedang berjalan, dan dari semua itu, saya belajar menghargai orang lain.

Hari ini saya berumur dua puluh satu, dan saya tidak lagi ingin berumur tujuh puluh atau lima tahun atau bahkan sebelas, karena hari ini, saya sedang belajar untuk menjadi dewasa.






Cheers,


1 komentar:

Arman mengatakan...

happy birthday yaaaaa
wah 21 th ya... masih muda banget. haha.
tapi emang umur2 segitu udah mulai jadi titik tolak untuk lebih dewasa ya... :)