Rabu, 05 Agustus 2009

"Kamu, sudah makan belum?"

Beberapa waktu yang lalu, ada seorang yang menyodorkan pertanyaan ini kepada saya :
"Tha kog nulisnya tentang mama mulu, emang papanya kemana?"


Ayah, Bapak, Daddy, Abah, atau apapun kalian menyebutnya. Saya memanggilnya papa. Dan jarang sekali mengucapkannya. Bukan karena tidak ingin, tapi karena jarang sekali memiliki kesempatan melafalkan kata itu untuknya.
Dia jarang mengangkat telepon, apalagi menelepon. Sangat jarang saya kunjungi, karena mengunjunginya harus membuat janji dari jauh-jauh hari, itu pun jika saya beruntung dia tidak membatalkannya pada hari H, karena ada pertemuan dengan rekanan bisnisnya yang beruntung itu jelir.
Papa yang saya kenal [bahkan saya sendiri ragu apakah saya mengenalnya], tidak pernah memandang mata saya ketika berbicara. Bukan karena perceraiannya dengan mama yang membuat jarak kami menjadi renggang, tapi ayahku itu memang sosok yang dingin dan sedikit cuek terhadap sekitarnya kalo tidak mau dibilang angkuh.
Dan ketika bertemu anaknya yang mewarisi sikapnya yang "berharga-diri-tinggi" dan berkepala batu ini, maka dia akan siap dengan muka datar tanpa ekspresi (yang saya sering tirukan dengan baik jika saya sedang marah) dan kedinginan yang semakin berlipat-lipat ganda. Seperti gunung es yang tidak terjamah.

Percakapan yang bisa saya ingat dengannya sejauh ini adalah membahas tentang pembagian dividen perusahaannya, kapalnya, tongkang yang berniat di belinya, dan L/C yang bermasalah. Tidak ada yang penting (setidaknya menurut saya begitu).
Papa tidak pernah mengingat hari ulang tahun saya. Tidak pernah bertanya kabar saya, apakah saya bahagia atau tidak hidup tanpanya. Tidak pernah menemani saya mengambil amplop kelulusan. Tidak mengantarkan saya masuk kantor untuk yang pertama kalinya. Tidak sekalipun menelpon hanya untuk bertanya apa kabar selama 8 tahun belakangan. Bahkan tidak memberi kabar ketika mereka pindah rumah.

Well, terlepas dari semua itu, terlepas dari setiap pertengkaran dan saling lempar sindiran, satu hal yang saya ingat tentangnya adalah sebuah pertanyaannya yang begitu saya tunggu : "kamu, sudah makan belum?"
Ketika saya menginap dirumahnya, saat sudah terlalu larut dari kampus. Begitu pintu pagar dibuka, maka dia akan keluar dari kamar kerjanya, turun kebawah, melihat saya (dengan minus ekspresi tentu saja) dan bertanya "kamu, sudah makan belum?"
dan betapapun saya sudah kenyang dan terlalu malas makan selarut itu, saya akan tetap menjawab belum.
Karena saya tahu, ketika saya menjawab belum, maka dia akan menggotong tas kerjanya ke meja makan, menemani saya makan dalam diam sambil mencoret, menstabilo, dan menandatangani kertas-kertas sialan itu.
Satu perhatian kecilnya yang membuat pertengkaran dan kekecewaan menjadi tidak berarti.
Saya merindukannya akhir-akhir ini, tapi tetap saja tuan sok sibuk itu tidak mengangkat telepon saya.
Hmm...mungkin saya akan kerumahnya malam ini, dan jika beruntung mungkin saya bisa mendengarnya bertanya lagi "kamu, sudah makan belum?"

17 komentar:

Pucca mengatakan...

hiks.. tha.. gua berkaca2 bacanya..
orang sibuk kan gak selamanya, pasti nanti ada waktu di kala surat2nya tidak terlalu banyak yang harus dicoret, atau papa sudah letih terlalu keras bekerja, pertanyaannya bisa jadi.. kamu ada waktu gak besok? :) hope soon ya ^^

Boeingr mengatakan...

so sweet.. bersyukur bgd papa masih idup ya. meskipun dengan keadaan kaya gitu. aku mah cmn bisa kirim doa

Anung mengatakan...

someday ta.. someday.. :)

Cilpilicious mengatakan...

Tha, kali ini posting-an kamu bikin aku kangen banget ma papaku..Tp sayang aku ga akan mungkin denger "kamu,sudah makan belum?" malah ga akan bisa liat lagi.. Jadi gimanapun sayangin papa mu ya =) pasti nanti ada pertanyaan lain yg bikin kamu lebih bahagia dari pertanyaan sudah makan apa belum..

Angel mengatakan...

sedih :( meskipun papa nya sibuk terus, tp jgn capek menunggu "kamu, sudah makan belum?" atau pertanyaan2 lainnya ya. *hugs* pasti ada waktunya suatu saat nanti ;)

Once in a Lifetime mengatakan...

Dalem banget postingannya, jd terharu.. Gua rasa dalam lubuk hatinya, papamu pasti mencintaimu! Kalau emang caranya seperti itu, justru dengan kebesaran hati dan kesabaran kamu bisa merasakannya, biar sekedar perhatian kecil.

heLgagaga mengatakan...

udah mamam pake bakso..
bapak aku juga kek gitu.
ngangenin.

Arman mengatakan...

yah orang emang beda2 ya... ada yang ekspresif ada yang gak.. tapi namanya orang tua pasti sayang ama anaknya... :)

ah gua jadi inget bokap gua... bokap gua malah lumayan sering nelpon, cuma nanya ada kabar apa. malah kadang gua males2an ngomongnya soalnya lagi nonton tv. huehehehe... ntar kalo bokap gua telp lagi gua gak males2an lagi dah... :D

kira mengatakan...

aku gak panggil papa, tapi bapak..
hehehe

Yessi mengatakan...

haiii....
blog nya bagus... :)
salam kenal ya..

wempi mengatakan...

coba ucapkan selamat ulang tahun ke papa. coba juga bertanya gimana kabarnya. dan tanya juga papa udah makan blon.

biasakan memulai dari pada menunggu.
ingat... jika wanita ingin dimengerti lelaki ingin dihormati.

ippaparazzi mengatakan...

jadi pengen nagis bacanya kak :(

shine ju mengatakan...

semangad yah neng!

naki mengatakan...

ya ampunn , I know how you feel exactly !!! makanya gw juga ga perna bahas bokap gw di blog ... koq jadi mellow sendiri ya :(

Anonim mengatakan...

Iya, para pria selalu punya cara 'unik' dalam mendeskripsikan perasaannya. Yang namanya papa, gak ada bekas papa. Dan mungkin aja dia juga sebenernya menantikan kunjungan gadis kecilnya. Tetap semangat yah Tha!!!

Tha..^^ mengatakan...

Dear all...thanks banget buat comment dan supportnya buat gw...
i may not reply your comment one by one here but deep from my heart i do really thank you all

big hugs... ^^
Tha

hilda mengatakan...

tah, miris gw bacanya. waktu masih tinggal serumah dengan bokap aja, gw ga pernah bisa ketemu bokap, seminggu sekali ketemu bokap itupun di gereja, lalu abis gereja bokap pergi ntah kemana. :))
makan bersama itu berkualitas bgd