Rabu, 24 April 2013

For The Sake of The Old Time




Seorang sahabat, dari pulau seberang sana mengirimkan saya sebuah hadiah ulang tahun. Ulang tahun ke 24 saya yang dengan tidak sopannya di daulat maju beberapa hari dari tanggal seharusnya oleh dia.
Yes you. Yang mengaku sedang hidup berselibat hanya karena belum dapet gacoan baru. Ciiihh.

Bungkusan saya robek, didalamnya terdapat dua buah kotak berwarna biru muda. Diatas sebuah bingkisan terdapat sebuah catatan kecil darinya "for the sake of the old time ya tha :)". Begitu bunyinya. Membuat saya tersenyum, dan kemudian berpikir.

Old time, sounds a way too long.
Berapa lama kita saling mengenal? Lima? Tujuh tahunkah?
Kurangi setahun ketika kita tiba-tiba terlalu sibuk dengan hidup kita masing-masing, dan tiba-tiba saja roda mulai berputar.
Satu persatu mereka mulai pergi, dan tinggallah kita, dan mungkin segelintir orang. Yang masih ingin tinggal untuk sekedar bertanya kabar.

Bagaimana seseorang bisa berubah begitu cepat?
Bagaimana rasa sayang bisa menguap menjadi kepulan asap, hanya karena perubahan bentuk, rasa dan rupa?
Dan bagaimana cinta bisa terlupa hanya karena perbedaan haluan?

Malam ini, saya menuliskan kalimat-kalimat ini untuk seorang sahabat. Yang untuknya saya memutuskan masih ingin tetap tinggal. For the sake, of the old times :)


 Love,


Sabtu, 20 April 2013

Homesick

 owe the pic from here

Mama, sekarang saya sedang duduk sendirian dikamar yang terasa terlalu luas ini ma, sudah jam 11 malam rupanya, dan saya sedang mengetikkan setiap huruf ini sambil memegang tissue. Mata saya sembab gara-gara flu berat, hujan turun lebat, dan saya kangen rumah.

Kamar ini kosong ma, ngga ada tas dede yang teronggok saja di depan pintu, ngga ada kemeja atau blazer saya yang digantung asal di jendela, menunggu mama pungut diiringi omelan mama yang seperti lagu indonesia raya di pagi hari. Lagu wajib, begitu kami menyebutnya.

Udara disini sangat panas, dan saya ngga bisa lagi memakai selimut kain perca yang mama hadiahkan itu. Selimut kesayangan saya, yang mama jahitkan setelah dokter ganteng itu bilang saya flu terus-terusan karena alergi dingin. Sekarang, selimut itu saya jadikan teman tidur ma, pengganti guling, pengganti mama,saya peluk begitu saja. Mungkin kalau selimut itu punya hati, saya rasa dia bakalan tersinggung berat, karena dipergunakan tidak sebagaimana mestinya.
*tsaaah saya mulai melantur ma, kalau ngomong saya memang susah fokus. Ya kan ma?*

Malam disini terlalu sepi ma, ngga ada lagi bisik-bisik adek abege yang diam-diam menelpon sama pacar abegenya. Ngga ada lagi tawa cekikikan tertahan kalau-kalau saya memergoki mama makan biskuit dan ngopi dimalam hari, padahal katanya mama mau diet.

Mama, saya kangen dimana semua masalah dapat saya lupakan hanya dengan menangis berjam-jam di meja dapur, ditemani secangkir teh jahe buatan mama yang hampir tidak pernah disentuh karena saya duluan jatuh tertidur.
Saya kangen wangi minyak kayu putih yang mama gosokkan di punggung saya ketika saya flu berat dan susah bernapas .

Ma, akhir-akhir ini hidup jarang ingin bersahabat.
Banyak masalah hilang timbul dengan cepat, memaksa saya berlari hingga lelah. Dan saya ingin pulang.
Dan jika saya tertidur di meja dapur lagi nanti, kali ini saya janji, teh jahe itu akan saya habiskan terlebih dahulu.
Ma, saya kangen rumah.
Terlebih lagi, saya kangen mama...







Senin, 24 Desember 2012

2012 Christmas



Sebab seorang putera telah diberikan untuk kita, dan namanya disebutkan orang,
Penasehat Ajaib,
Allah yang Perkasa,
Bapa yang Kekal,
Raja Damai.

-Yesaya 9 : 5-