Jumat, 20 Mei 2011

Day 1 - Seratus


  
Satu...
Dua...
Tiga...

Pada hari keberapa saya menemukannya?

Tiga belas..
Empat belas...

Pada hitungan keberapa dia muncul di hadapan saya?

Dua puluh enam..
Dua puluh tujuh...
Seperti permainan yang sering kami mainkan dulu, saya menghitung sampai sepuluh, dia yang bersembunyi. Kemudian sebelum detik yang keseratus, saya harus menemukannya. Jika tidak, dia akan muncul mendapati saya. Selalu begitu. Karena saya tidak suka gagasan "cari sampai dapat". Karena saya, tidak suka mereka hilang terlalu lama.

Empat puluh delapan...
Empat puluh sembilan...
Lima puluh...

Hari pertama, menuliskan tentang sahabat, saya merindukannya.
Mendapati kenyataan bahwa tanpa saya sadari, dia sudah lama "hilang". Kata seratus itu sudah terlalu lama disebutkan, dan dia tetap tidak muncul. Atau mungkin juga saya yang tidak mencari?

Enam puluh tiga..
Enam puluh empat...

Saya selalu benci gagasan bahwa suatu hari kita akan tumbuh besar, belajar menjadi dewasa, dan dengan jalannya itu, pada akhirnya semua orang akan pergi menjalani hidupnya masing-masing.
Masih ingat? karena gagasan itu, kita berbaring hingga malam. Tidak rela memejamkan mata untuk tidur, berkali-kali keluar masuk dapur hanya untuk minum air putih dan buang air kecil. Dengan bodohnya menyadari, bahwa moment seperti ini suatu hari akan berlalu.

Tujuh puluh tujuh...

Hari ini, lima tahun berlalu sejak saya mengenalnya. Dia masih menjadi sahabat saya, masih menjadi orang kesayangan saya, yang telah saya abaikan berbulan-bulan.
Kami masih saling bertemu, masih sering berkirim-kiriman pesan singkat lewat telepon seluler. Tapi saya tidak dapat lagi mengingat, kapan kami berbaring bersama, makan coklat hingga ketiduran. Saya memakai piyama warna pink, dan dia warna kuning. Kami menertawakan hal-hal yang tidak penting, dan bercerita dengan hati, berakhir dengan bangun kesiangan dengan mata sembab karena kurang tidur.

Delapan puluh satu...
Delapan puluh dua...

Hari pertama, menuliskan tentang sahabat, saya merindukannya.
Menyadari bahwa sudah terlalu lama kata seratus disebutkan. Dan sekarang, ketika menuliskan ini, saya mengirimkan pesan singkat padanya :
"Say, jumat ini ke pizza hut yuk. Saya nginep yah?"

Sembilan puluh delapan...
Sembilan puluh sembilan...
...

Seratus.



Kamis, 21 April 2011

Well Done.



Sudah berapa lama saya tidak disini? Kamu masih disitu? Duduk disudut berdebu, bertanya-tanya mengapa saya tak pernah lagi datang?
Ah, ya... mungkin kamu sudah pergi, tak apa. Saya akan tetap bercerita. Setidaknya saya punya sedikit alasan untuk dibagikan kepadamu.

Saya sibuk. Sibuk mengejar mimpi.
Minggu lalu, akhirnya skripsi saya selesai. Iya, skripsi yang saya kerjakan senin kami itu, selesai akhirnya. Aneh rasanya ketika saya baru benar-benar berniat mengerjakannya setelah satu tahun sejak saya ajukan. Ck.ck.ck...
Dosen penguji saya waktu itu, dosen batak tergalak yang dimiliki universitas kami. Ketua MM tertua yang kalo ngomong pedasnya amit-amit.
Singkat kata, sidangnya selesai, dan nilainya A. Bisa kamu bayangkan betapa girangnya saya waktu itu?
Jadi...mimpinya selesai satu.
Masih berapa banyak mimpi yang saya punya. Setelah saya hitung-hitung ada sangat banyak, dan menjadi sarjana, hanyalah sebuah sampul depan sebelum saya sampai kepada daftar isinya.

Baiklah, disini saja, saya harus kembali bekerja. Have a great long weekend guys.
Oh..and, happy easter, be blessed :)


PS : karena udah lama ngga nulis, jadi kehilangan ide, jadi pengen ikut 30 days of writing-nya Denny. Boleh kan ya Torus?
oh dan ya..hampir saja lupa, merah muda kau dapet salam dari Tuan Kodok. Say hi Josh ;)



Love,

Senin, 07 Maret 2011

Tentang Daun Bambu




Mungkin, daun bambu itu iri kepada awan
meski rapuh, ia tak dipaksa membatu, 
 hanya berkawan angin dan hujan luruh
..............
.......
...
.


PS : i owe the picture from him