Jumat, 26 April 2013

Tuhan punya cerita : Teori Amanda


"Dua enem emang tanggal sial nih, kalo ada musibah, jatoh-jatohnya pasti di tanggal ini deh".

Kalimat diatas tadi hadiah dari temen saya, Amanda. Anaknya lucu, agak chubby dan hobby banget makan.
"Apa maksudnya tuh Man? jadi saya musibah donk"
"eh..eh.. hahahahaha...ngga maksud jujur ding" Amanda mesem.

Percakapan diatas dimulai pukul delapan lewat tiga puluh menit. Saya dan beberapa temen lainnya baru aja pulang dari kantor.
What a hetic day, masih dengan baju kantor lengkap, muka keringetan, rambut lepek dan muka capek meskipun cakep *teteuuup*
Hari ini tanggal 26. Tanggal keramat, semua hal buruk terjadi pada tanggal 26, begitu teori Amanda.
Tsunami, ustad Jeffry yang meninggal, kebakaran hebat di tengah kota, meninggalnya anak nasabah kami yang luar biasa humble (i'm sorry for your lost Pak Yan), dan tak tertinggal hari lahir saya.
*tsaaahhh*

Pagi ini saya terbangun oleh bunyi pesan singkat yang masuk berjejalan di handphone saya. Bangun pagi dengan limbung, saya mandi tanpa curiga.
Cuaca bagus, mood bagus. Tidak ada tanda-tanda ada bencana.
Nyampe di kantor kerjaan menumpuk, dikejar sampai gempor juga gak selesai-selesai. Jadwal test yang direncanakan akhir bulan depan dimajukan sampai pertengahan bulan. Jadilah orang-orang kantor, supervisor dan atasan sibuk wara wiri nyari info, kita dijadwalkan latihan setiap weekend sampai hari test tiba.
Sorenya setelah kerjaan hampir beres, eeehhh black out. Seluruh kota seperti kota mati, listrik padam, dimana-mana gelap. Jadilah kita yang bertitle anak kos ria semuanya pada numpuk di kantor nunggu listrik nyala.
Lama ditunggu-tunggu, chattingan masuk, temen saya punya temen, ngabarin ada kebakaran hebat di jalan protokol kota. Dan hebohlah Diana, teman sekantor saya yang notabene punya toko mas di jalan protokol tersebut. Singkat cerita pergilah kami beramai-ramai nganterin Diana buat ngecek tokonya, apakah terbakar, apakah tidak. Apakah Diana harus beli ruko baru? apakah Diana menghibahkan semua perhiasan di tokonya buat kami? dan apakah-apakah yang lainnya.
Sampai di ujung jalan masuk, kami dihentikan oleh polisi ganteng. Jalan ditutup demi keamanan. Diana separo histeris, pengen liat keadaan ruko, dan keluarganya yang tinggal disitu.
Kami berbalik haluan, nyari jalan tikus. Api berkobar hebat, mustahil untuk dipadamkan, sedangkan di deretan ruko yagn terbakar ada gudang gas LPG. Dan jika api menyebar sampai kesitu, yaahh...wasallam.
Sepanjang jalan saya mulai berdoa, "Tuhan turunkanlah hujan".

Kemudian kami berhasil mendapat info, rukonya Diana aman, histerisnya Diana yang ala-ala drama queen ngga guna, api jauhnya masih 8 ruko dari titik kebakaran. Jadilah kami semua ramai-ramai di daulat Diana untuk makan nasi goreng. Ini ceritanya habis gelap terbitlah terang.
Makan dan cerita berakhir pukul 9 lewat banyak. Saya anter Diana pulang, dan langit mulai mendung. Ditengah perjalanan, hujan turun deras, dan saya lupa membawa mantel. What a great sense of humor He has. Seolah-olah Tuhan saya sedang berkata "bukannya tadi kamu minta Saya nurunin hujan?".

Dan disinilah saya, jam 11 malam, mengetikkan setiap huruf di depan komputer dengan badan sedikit demam, listrik yang hidup-padam, kota yang sunyi dan lelah luar biasa.
For Christ's sake, today is my birthday (--")..
Haaatchhhiii...


 
But, i'm happy  *guilty* :)




Tidak ada komentar: