Perahu itu sudah tua, berlubang dimana-mana
Cadiknya patah, kayunya keropos...
Di telantarkan begitu saja di tepi rawa-rawa, berteman dengan gelagah.
Padahal dulu katanya perahu ini bisa berlayar sampai ke bulan...
Perahu itu dulunya milik jendral langit yang sedang berbulan madu dengan puteri bulan,
Konon katanya puteri bulan tergila-gila dengan padang rumput di kaki gunung tempat matahari terbenam itu.
Dan atas nama cinta, jendral langit mengayuh perahunya turun ke bumi
Di bumi, mereka singgah di rumah seorang gembala,
Lalu, sepertinya sang puteri merasakan ada sesuatu yang salah, ketika mengenal sang gembala, suara serulingnya, topi jeraminya, dongeng malamnya.
Hingga suatu hari puteri bulan memutuskan tak ingin pulang ke langit,
Rumput berbisik-bisik, bunga berbisik-bisik, menceritakan jendral malang yang ditinggalkan puteri dan berita itu diterbangkan angin kepada dewa matahari,
Tetapi dewa matahari tidak bisa berbuat apa-apa, karena katanya cinta itu kehendak bebas bukan?
Dan begitulah,
Saya juga tidak tau akhir cerita jendral langit,
Ada yang bilang dia kembali ke langit, masih mencintai puteri bulan dan diam-diam mengunjunginya diwaktu malam, sebagai bintang yang terbang lenyap dan terbakar sebelum si puteri sempat menyadarinya
Mungkin,
yang pasti masih ditinggalkannya perahu itu, sebagai tanda cintanya kepada puteri bulan
dan terselip suatu harapan, suatu hari puteri akan mengayuh perahu itu pulang.
Dan perahu itu tetap disana,
terlantar dan menua
.....